|
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA
MATERI
KALIBRASI SEKAT
UKUR
Disusun
oleh :
Nama : WAHYU
JOKO PURNOMO
NIM : 155100200111003
Kelompok : B1
Asisten : Ita Prihandani
Hedi Indra R
Gagas Dwi A
LABORATORIUM
TEKNIK SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2016.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1.1.1
Mahasiswa
mampu mengetahui prinsip penggunaan sekat ukur.
1.1.2
Mahasiswa
mampu mengkalibrasi sekat ukur untuk penentuan debit aliran.
1.2
Latar Belakang
Debit aliran
fluida/air digunakan untuk mengetahui berapa volume dalam aliran tersebut
persatuan waktu. Metode-metode yang di gunakan untuk mengukur debit air saluran
antara lain:
1.
Berdasarkan
perbedaan tekanan
2.
Current meter
3.
Pelampung
4.
Ambang pelimpah
Pada praktikum
ini menggunakan metode ambang pelimpah, menggunakan alat yang ada di
laboratorium Teknik Sumberdaya Alam. Pada alat tersebut di gunakan sekat-sekat
yang berfungsi untuk membuat aliran yang konstan pada saat melalui sekat ukur
(segi empat, segi tiga, trapesium), sehinggga di peroleh tinggi muka air yang
relatif konstan .
Debit
aliran melalui sekat ukur secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:
Q = Khn
Dimana :
K = konstanta dari ukuran dan bentuk sekat
h = tinggi
n = koefisien yang besarnya tergantung dari bentuk sekat
ukur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Debit Aliran
Debit aliran
adalah banyaknya fluida yang mengalir per satuan waktu (Soekardi, 2015). Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut:
Q =
=
Q = A . v
Keterangan:
V = volume fluida (m3)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
t
= waktu (s)
A = luas penampang pipa (m2)
Satuan debit
aliran yang dibutuhkan adalah jumlah aliran air yang mengalir (liter) per
satuan waktu (detik). Debit aliran diperoleh berdasarkan pengukuran kecepatan
aliran pada penampang sungai di titik tertentu yang ditentukan (Nugroho, 2015).
2.2 Macam-Macam
Metode Pengukuran Debit Aliran
Ada beberapa metode pengukuran debit aliran
sungai yaitu :
Area-velocity
method
Fload
area method
Metode
kontinyu
1)
Velocity Method
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas
penampang basah dan kecepatan aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan
pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur
atau kabel pengukur. Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode : metode current-meter
dan metode apung (Nugroho, 2015).
2)
Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode)
Prinsipnya yaitu kecepatan aliran (V)
ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U)
luas
penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L) dan kedalaman
saluran (D) (Nugroho, 2015).
debit
sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah konstanta
Q
= A x k x U
Q
= debit (m3/det)
U
= kecepatan pelampung (m/det)
A
= luas penampang basah sungai (m2)
k
= koefisien pelampung
Sedangkan menurut Sumantry (2012) metode apung
merupakan metode tidak langsung dalam pengukuran debit air, karena hanya
kecepatan aliran yang diukur, yaitu dengan mengukur waktu yang dibutuhkan benda
apung untuk melewati jarak yang telah ditentukan pada suatu aliran sungai.
3)
Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu
Current meter diturunkan kedalam aliran air
dengan kecepatan penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah mencapai
dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama. Pada metode
ini terdapat dua metode, diantaranya metode mid area dan metode mean area
(Nugroho, 2015).
Pada metode mid area, currentmeter diturunkan ke dalam
aliran air bendungan tepat di tengah
perbatasan daerah yang dibatasi, sedangkan pada metode mean area,
currentmeter diturunkan ke dalam aliran air bendungan tepat garis perbatasan
daerah yang dibatasi.
2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Debit Aliran
Faktor-faktor yang mempengaruhi debit
aliran adalah (Hidayat, 2011):
1. Angin
Karena Angin berpengaruh pada kecepatan
aliran fluida, maka berpengaruh pula pada debit aliran. Semakin cepat angin
yang berhembus pada aliran tersebut , maka debit aliran akan semakin tinggi dan
begitu juga sebaliknya.
2. Kecepatan aliran
Kecepatan aliran sangat berpengaruh
dalam debit aliran. Semakin cepat aliran mengalir, maka semakin besar debit
aliran yang dihasilkan dan sebaliknya.
3. Permukaan saluran
Debit aliran akan besar apabila
permukaan aliran halus atau tidak bergelombang. Karena permukaan yang kasar
atau bergelombang akan mempengaruhi kecepatan aliran sehingga berdampak pada
debit aliran yang dihasilkan.
Sedangkan
Menurut Wahid (2006) factor-faktor yang mempengaruhi debit sungai antara lain:
1.
Topografi
(luas per tingkat kemiringan lereng) versus debit.
2.
Tanah
(luas per jenis tanah peka erosi) versus debit.
3.
Penutupan
hutan versus debit sungai.
4.
Penutupan
vegetasi non pohon (hutan) versus debit sungai
2.4
Macam-Macam Sekat Ukur dan Kegunaannya
1. Sekat ukur Romyn
Alat ini ditemukan oleh seorang insinyur dari Belanda pada
tahun 1932 bernama D.G Romyn. Selain berfungsi sebagai alat ukur juga berfungsi
sebagai pintu penyalur air, ambang dari pintu Romyn ini dapat dinaik-turunkan
dengan perantaraan alat pengangkat (Widarto, 2006).
2.
Sekat Ukur Cipoletti
Alat ukur ini berbentuk trapesium dengan perbandingan sisi 1:4 disebut sesuai
dengan nama orang yang pertama kali menggunakannya, seorang insinyur Itali yang
bernama Cipoletti, dapat digunakan untuk mengukur debit air yang relatif besar
(Widarto, 2006).
3. Sekat Ukur Thomson
Sekat Thompson ini mudah dibuat, merupakan sekat dari papan yang diberi celah
bentuk v dengan sudut 90 derajat (siku-siku). Pada salah satu sisinya dibuat
sudut miring. Pengukuran dilakukan secara membendung parit dengan sekat
tersebut sampai meluap. Setelah luapan konstan, tinggi air pada celah dapat
diukur tingginya (cm) (Hidayat, 2011).
2.5
Rumus Perhitungan pada Masing-Masing Sekat
1. Sekat ukur Romyn
Pengukuran debit dengan pintu Romyn dapat menggunakan rumus, rumus untuk pintu
Romyn adalah (Widarto, 2006):
Q=1,71.b.h3/2
Dimana:
Q = debit air (liter/detik)
b = leher ambang (meter)
h = tinggi muka air (sentimeter)
2.
Sekat Ukur Cipoletti
Pengukuran debit air dengan
menggunakan sekat ukur Cipoletti ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Widarto,
2006):
Q = 0,0186 b.h3/2
Dimana:
Q = debit air (liter/detik)
b = lebar ambang (sentimeter)
h = tinggi muka air (sentimeter)
4.Sekat Ukur Thomson
Pengukuran debit air dengan
menggunakan sekat ukur Thompson ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat,
2011):
Q = 0,0138 h 5/2 liter per detik
Keterangan:
Q = debit air yang diukur (liter/detik)
h = tinggi pengukuran pada celah (cm)
2.6
Prinsip Kalibrasi Sekat Ukur
Prinsip
kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran
kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada
hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan
fungsi H saja (Alfian, 2015). Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat dinyatakan
dengan:
Q = k . Hn
Keterangan:
Q = debit air
H = head
k dan n = konstanta
,(0/0186)
Besarnya
konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi pada
penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya konstanta k
dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila
diplotkan pada grafik akan diperoleh garis hubungan H-Q yang paling sesuai
untuk masing-masing jenis bangunan ukur.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Bahan
dan Fungsi
1.
Pompa : untuk memompa air
2.
Selang
air : menyalurkan air
dari kran ke bak penampungan
3.
Rangkaian
pipa :untuk mengalirkan air
4.
Penyangga
:untuk menyangga
rangkaian pipa atau alat
5.
Pipa
input :sebagai tempat masuknya
air kedalam rangkain pipa
6.
Pipa
output :sebagai tempat
keluarnya air dari dalam rangkain pipa
7.
Pipa
output :sebagai tempat
keluarnya air kedalam rangkaian pipa
8.
Kran
pemancing :sebagai tempat masuknya
air pancingan kedalam pipa
9.
Kran
input :untuk mengatur
masuknya air kerangkaian pipa
10.
Ventumeter :untuk mengukur laju aliran
fluida pada keseluruan rangkaian
11.
Kran
output :untuk mengatur
keluar air dari rangkaian pipa
12.
Ambang
pelimpah :sebagai tempat melekatnya
sekat ukur
13.
Sekat
segitiga, trapesium, segiempat: bahan perlakuan
14.
Inverter
:untuk mengatur
kecepatan pompa dalam satuan rpm
15.
Manometer
discharge :untuk mengatur tekanan air yang
keluar dari rangkain
16.
Manometer
suction :untuk mengatar tekanan air
yang masuk kerangkaian
17.
Stop
kontak :untuk menghubungkan pompa kesumber listrik
18.
Penggaris
:untuk mengukur ketinggian
air
19.
Gelas
ukur :untuk mengukur
volume air
20.
Stopwatch
:untuk
mengukur waktu
21.
Bak
penampung :menampung air
22.
Air
: bahan
perlakuan
3.2
Gambar Rangkaian dan Susunan Alat
1.
Rangkaian Alat
2.
Susunan Alat
No
|
Nama
Alat
|
Gambar
Tangan
|
Foto
Dokumentasi
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
4
|
|||
5
|
|||
6
|
|||
7
|
|||
8
|
|||
9
|
|||
10
|
3.3 Cara
Kerja
Alat dan Bahan
|
disiapkan
Stopkontak
|
dihubungkan
dengan arus listrik
Sekat Ukur
|
dipasang
pada ambang pelimpah
Kran pemancing
dan kran input
|
dibuka dan
ditutup
Pipa pemancing
|
dipancing
dengan air hingga luber
Inverter
|
diatur
sampai 40 rpm
Inverter
|
dijalankan
run bersamaan
dengan
dibukanya kran input
Air
|
-diukur
ketinggian pada sekat ukur
-diukur volume
Sekat ukur
|
Diukur
ketinggian
Air
|
-diukur
ketinggian air pada sekat ukur
-diukur volume yang keluar selama 5 detik, dalam 5 kali pengulangan
Sekat ukur
|
dilakukan langkah-langkah pada sekat ukur lainnya
Hasil
|
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Hasil Praktikum
4.2 Analisa Data Hasil Praktikum
Pada
praktikum ini, digunakan 3 jenis sekat sebagai bahan perlakuan, yaitu
trapesium, segitiga, dan segiempat. Tinggi dari ketiga sekat tersebut adalah
masing-masing 0,25; 0,245; 0,245. Sedangkan nilai tinggi air sekat h1,h2 dan
volume air yang keluar dari rangkaian didapat variasi nilai yang beragam. Bahan
perlakuan (air) dan waktu perlakuan memiliki nilai yang sama, yaitu 1000kg/
dan 5 sekon. Tinggi air sekat trapesium
berada pada kisaran 0,28 m sehingga diperoleh
h2 adalah (0.037 ,0.036, 0.038, 0.039, 0.038)m. Tinggi air sekat
segitiga berada pada kisaran 0,3 m, hingga h2 adalah (0.064, 0.065, 0.063,
0.064, 0.063)m. Tinggi air sekat segiempat
berada pada kisaran 0,27 m, hingga h2 adalah (0.029, 0.025, 0.03, 0.03,
0.025)m. Sedangkan nilai h juga bervariasi. H1 untuk trapesium berada pada
kisaran 0,295 m, h1 untuk segitiga berada pada 0,31 m dan h1 untuk segiempat
berkisaran 0,27 m. Sehingga dapat disimpulkan variasi h1,h2 dan volume nilai h1
dari urutan besar ke kecil adalah sekat segitiga, trapesium dan segi empat.
4.3
Analisa Perhitungan
Data
yang diperlukan untuk perhitungan praktikum adalah diameter luar dan dalam pipa
yang sudah diketahui yaitu d1= 0,008m dan d2=0,157m, data lain dalah h1 (air
tumpahan ) dan waktu yang diperlukan yang didapat dari table data pengamatan
(table pertama). Perhitungan dilakukan untuk membandingkan nilai Q, n, dan k
berdasarkan praktikum dengan cara teoritis terdapat 8 langkah perhitungan.
Langkah
pertama mencari luas penampang pipa luar dan dalam dengan rumus A=1/4Ï€ d12
sehingga didapat nilai A1= 5,024x10-5 m2 dan A2= 0,019349465 m2,
dilanjutkan dengan langkah kedua menjumlahkan A1 dan A2 dan di dapat 0,019399705
m2, langkah ketiga adalah menghitung volume. Rumus untuk mencari volume adalah
Vn=(A1+A2)hn. Pada sekat trapesium didapat V1= 0,562591445x10-2, V2=
0,572291297x10-2, V3= 0,572291297x10-2, V4=
0,562591445x10-2, V5= 0,566471386x10-2. Pada sekat
segiempat V1= 0,533491887x10-2, V2= 0,531551917x10-2, V3=
0,54319174x10-2, V4= 0,547071681x10-2, V5= 0,54319174x10-2.
Pada sekat segitiga V1= 0,607210766x10-2, V2= 0,605270796x10-2,
V3= 0,611090707x10-2, V4= 0,607210766x10-2, V5= 0,607210766x10-2. Langkah
keempat adalah menghitung menghitung nilai debit (Q) dengan rumus Q= v/t, nilai
v didapat dari langkah ketiga dengan t 5 sekon. Didapat rata-rata Q=
0,113449747x10-2
/s
untuk sekat trapezium, 0,108404118x10-2
/s
untuk sekat segempat, 0,121209356x10-2
/s
untuk sekat segiempat. Langkah kelima adalah menghitung koefisien yang besarnya
tegantung dari bentuk sekat ukur(n) dengan rumus n=
Di dapat n untuk sekat
trapesium -126,385591n untuk sekat segiempat 0,067122852n untuk segitiga
2,217069847n. Langkah keenam adalah mencari kontanta dari ukuran dan bentuk
sekat (k) dengan rumus log k= Æ©log Q –n x log h2 dengan nilai n didapat dari
perhitungan kelima sehingga di dapatkan hasil k untuk sekat trapezium k=1,032332142x10-8
untuk sekat segiempat k= 1,45524x10-3 untuk sekat segitigat k=
0,449634762.
Setelah melakukan perhitungan langkah 1 sampai 6
dilakukan perhitungan secara teoritis dengan data yang telah diakui, kecuali
data h2 yang didapat praktikum. Langkah ketujuh adalah menghitung k dengan
rumus k untuk trapesium 8/15 cd
b. K untuk segitiga 8/15 Cd
Tan
dan k untuk segiempat 2/3 Cd
b, cd adalah koefisien debit yang
besarnya sama yaitu 0,6. Nilai b untuk segiempat 0,15 dan b untuk trapesium 0,075
sedangkan
untuk sekat segitiga adalah 90⁰ sehingga
didapatkan k trapesium= 0,106252529 segitiga= 1,4167 segiempat= 0,265631323. Langkah
terakhir adalah menghitung Q (debit) dengan rumus Q= k(Æ©h2)
, n
trapesium =2,5 n segitiga=2,5 n segiempat =1,5 sehingga didapatkan Q trapesium=
2,912788077x10-5, segitiga 0,000428425 segiempat 8,854760628x10-3.
4.4.
Pembahasan
4.4.1. Perbandingan Hasil Debit Praktikum
dengan Hasil Debit Perhitungan Teoritis
Data hasil debit
keluaran praktikum untuk trapesium, segitiga, segiempat adalah (1.128x10-3,
1.008x10-3, 1.44x10-3) sedangkan data perhitungan
teoritis atau perhitungan langkah kedelapan untuk trapesium, segitiga, dan
segiempat adalah (2.912788077x10-5, 42.8425x10-5, 885,4760628x10-5)
data praktikum ini urutan besar ke kecil adalah segiempat>trapesium>segitiga
sedangkan berdasarkan teoritis berdasarkan urutan segiempat >segitiga
>trapesium. Debit keluaran praktikum debit keluaran sesuai teoritis tidak
sama. Hal ini mungkin dikarenakan praktikan kurang teliti dalam mengukur tinggi
maupun volume air.
4.4.2.
Perbandingan Hasil Debit dengan Literatur
Menurut (Affandy,
2011) debit keluaran dari besar ke kecil adalah trapezium, segiempat dan
segitiga karena debit keluaran berbanding lurus dengan luas penampang. Pada
percobaan yang dilakukan sekat yang terbesar adalah sekat segiempat. Jadi hal
ini tidak sesuai dengan literature. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan
praktikan dalam mengukur ataupun menghitung data hasil praktikum.
4.4.3
Perbandingan Hasil Debit pada Masing-Masing
Sekat Ukur
Pada sekat
trapezium dalam percobaan pertama diperoleh debit 0,0011, percobaan kedua
0,0011, percobaan ketiga, 0,00128, percobaan keempat 0,0011, percobaan kelima
0,00106 dengan jumlah dan rata-rata debit 0,00564 dan 0,001128. Pada sekat
segiempat dalam percobaan pertama diperoleh debit 0,00112, percobaan kedua
0,00114, percobaan ketiga 0,0016, percobaan keempat 0,0016, percobaan kelima
0,00114 dengan jumlah dan rata-rata debit adalah 0,00572 dan 0,00144. Pada
sekat segitiga dalam percobaan pertama diperoleh debit 0,001, percobaan kedua
0,0011, percobaan ketiga 0,00098, percobaan keempat 0,00098, percobaan kelima
0,00098 dengan jumlah dan rata-rata debit adalah 0,00504 dan 0,001008.
4.4.4.
Aplikasi Sekat Ukur dalam Bidan
Keteknikan Pertanian
Salah satu
aplikasi sekat ukur adalah pada irigasi yang berhubungan dengan sekat ukur ini,
pembuatannya berdasarkan debit air. Pembagian berdasarkan debit air ini terjadi
atas saluran primer dan sekunder dan tersier. Kemudian pengukuran debit
dilakukan secara langsung menggunakan sekat ukur ().
4.4.3.
Factor-faktor yang Mempengaruhi Praktikum
Factor-faktor
yang dapat dipengaruhi hasil praktikum adalah factor lingkungan, alat yang
digunakan dan kesalahan pada manusianya. Factor yang berpengaruh atas
lingkungan berasal dari angin. Praktikum diadakan diluar lingkungan, angin
dapat menyebabkan terjadinya penguapan air, sehingga air sebagai bahan
perlakuan mengalami perubahan jumlah. Factor alat dapat terjadi karena
berkurangnya akurasi atau ketidak akuratan pengaris untuk mengukur tinggi
air,sering kali berbeda ukuran setiap mm nya. Kesalahan pengukuran oleh
praktikum bisa terjadi pada pengukuran dengan pengaris, tingkat ketelitian data
terjadi kesalahan karena posisi penggaris yang bisa saja tidak bediri tegak.
Selain itu pada pengukuran waktu tidak selalu sesuai dengan selama 5 sekon.
Karena selang waktu 5 detik cukup singkat sehingga kemungkinan besar terjadi
penambahan waktu perlakuan ().
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Tujuan dari praktikum ini
adalah mengetahui prinsip penggunaan sekat ukur dan dapat mengkalibrasi sekat
ukur untuk penentuan debit aliran Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir
dan dinyatakan dalam volume persatuan waktu. Debit menyatakan air yang keluar
dari daerah aliran sungai dan dinyatakan dalam satuan
/s.
pengukuran debit aliran dalam praktikum ini menggunakan 3 sekat, yaitu
trapesium, segitiga, dan segiempat.
Berdasarkan praktikum nilai
debit dari besar kekecil adalah berdasarkan urutan. Trapesium, segitiga,
segiempat,. Perhitungan teoritis untuk mencari debit menunjukkan urutan besar
ke kecil, yaitu segitiga, segiempat, dan trapesium sedangkan berdasarkan
literature, seharusnya adalah segiempat, trapesium, dan segitiga.
Penyebab atau penentu urutan
nilai debit adalah luas penampang sekat. Hasil praktikum tiadak sesuai dengan
literatur yang ada. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil praktikum
dan literatur adalah lingkungan, alat
dan human error.
5.2. Saran
Agar didapatkan hasil praktikum yang
lebih baik, pada praktikum selanjutnya diharapkan untuk :
-
Memperhitungkan
hasil praktikum untuk mencari Q, h dan k harus lebih teliti
-
Penggunaan
penggaris yang masih manual sehingga banyak terjadi kurang efisiensi
-
Kurang
telitinya praktikan dalam mengukur volume
DAFTAR
PUSTAKA
Alfian, Rizqan.
2015. Laporan Observasi Praktikum
Pengukuran Debit Air Saluran Irigasi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Fakultas
Hidayat,
Acep. 2011. Mekanika Fluida dan Hidrolika.
Jakarta: Universitas Mercu Buana
Nugroho Y. S.
H., Hunggul dan M. Kudeng Sallata. 2015.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET
Soekardi,
Chandrasa. 2015. Termodinamika Dasar
Mesin Konversi Energi. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET
Sumantry, Teddy.
2012. Pengukuran Debit dan Kualitas Air
Sungai Cisalak pada Tahun 2012. Batan: Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
Wahid, Abdul.
2006. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Debit Sungai Mamasa. Jurnal
SMARTek. Volume 7 Nomor 3, hal 204-218. Palu: Universitas Tadulako
Widarto
L. dan FX. Sudarto C. 2006. Membuat Pompa
Hidram. Yogyakarta: Kanisius
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Affandi, Nur
Azizah.2011.Pemodelan Hujan Debit
menggunakan model HEC-MHS di DAS Sampean Baru. Surabaya: Teknik Sipil ITS
Muhajir,
Khairul.2011 Pengaruh Viskositas Terhadap
Aliran Fluida Gas-Cair Melalui Pipa vertical
dengan Perangkat Lunak. Yogyakarta: AKPRIND
Pujiraharjo,Alwafi.2011.Study Dampak Reklamasi di Teluk Lamong
Provinsi Jawa Timur terhadap Pola Arus Pasang Surut dan Angkutan Sedimen.
Malang: Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment