Pages

Saturday, October 15, 2016

Laporan Praktikum Kehilangan Head pada Berbagai Perlakuan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan Praktikum
1.    Mahasiswa mampu memahami konsep kehilangan tekanan dan perhitungan headloss pada berbagai perlakuan dalam system perpipaan
2.    Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh kehilangan head dalam pipa terhadap pengaliran fluida di dalamnya

1.2  Latar Belakang
Untuk mengalirkan fluida dari tempat yang satu ke tempat yang lain diperlukan suatu peralatan. Selain peralatan utama yang digunakan, ada bagian-bagian yang tidak kalah penting dimana dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-peristiwa yang dapat mengurangi efisiensi kerja yang diinginkan. Bagian dari peralatan ini dapat berupa pipa-pipa yang dihubungkan. Dalam menggunakan pipa yang harus diperhatikan adalah karakteristik dari fluida yang digunakan, misalnya : sifat korosi, explosive, racun, suhu dan tekanan. Apabila fluida dilewatkan ke dalam pipa maka akan terjadi gesekan antara pipa dengan fluida tersebut. Besarnya gesekan yang terjadi tergantung pada kecepatan, kekerasan pipa, diameter dan viskositas fluida yang digunakan.
Bentuk-bentuk kerugian energy pada aliran fluida antara lain dijumpai pada aliran dalam pipa. Kerugian-kerugian tersebut diakibatkan oleh adanya gesekan dengan dinding, perubahan luas penampang, sambungan, katup-katup, belokan pipa dan kerugian-kerugian khusus lainnya. Pada belokan atau lengkungan kerugian energy aliran yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan pipa lurus.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kehilangan Tekanan Pipa
Kerugian head (head losses) adalah untuk mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri atas head kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan head kerugian di dalam belokan-belokan, reduser, katup-katup, dan sebagainya. Dalam keadaan turbulen, peralihan atau laminar untuk aliran dalam pipa (saluran tertutup), telah dikembangkan persamaan kerugian oleh Henry Darcy dan Julius Weishbach. Kerugian energy per satuan berat fluida dalam pengaliran cairan dalam system perpipaan disebut kerugian head (head loss) (Affan, 2010).
Jika head loss tidak diperhitungkan maka akan menjadi masalah dalam penerapannya di lapangan. Jika head losses dinotasikan dengan h1 maka persamaan Bernoulli dapat ditulis menjadi persamaan baru yaitu (Satria, 2015):
 =  + z2+h1

2.2 Pengertian Mayor Less dan Minor Less
1. Mayor Less
Kehilangan energy primer, yang disebabkan oleh gesekan sekeliling pipa dan sepanjang pipa. Secara teoritis kehilangan energy primer dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan yang menurut White (1986), adalah persamaan yang disebut dengan persamaan Darcy-Weisbach yaitu (Aini, 2015):
Hf = f
Dimana:
F = factor gesekan, nilainya diperoleh dari diagram Moody maupun secara persamaan empiris
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
V = kecepatan aliran (m/dtk)
g = percepatan gravitasi
2. Minor Less
Kerugian minor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan yang terjadi pada katup-katup, T Junction, sambungan dan penampang yang tidak konstan. Kerugian minor meliputi sebagian kecil penampang system aliran, sehingga dipergunakan istilah “minor”. Head losses minor dapat dihitung dengan persamaan (Satria, 2015):
hm = k

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Tekanan pada Pipa
Ada berbagai macam factor yang mempengaruhi hilangnya energy di dalam pipa. Jenis-jenis sambungan ikut mempengaruhi hilangnya energy pada pipa. Dengan adanya sambungan dapat menghambat aliran normal dan menyebabkan gesekan tambahan. Pada pipa yang pendek dan mempunyai banyak sambungan, fluida yang mengalir di dalamnya akan mengalami banyak kehilangan energy (Rahmat, 2010).
Menurut Simanjuntak (2010),  ada beberapa factor kerugian energy yaitu:
1.    Kerugian pada bagian pemasukan
Untuk menghitung kehilangan energy pada bagian pemasukan digunakan persamaan:
H0 = k0. V2/2g
Dimana k0 = koefisien gesek pada mulut pemasukan
2.    Kerugian karena sambungan
Untuk menghitung kerugian head karena belokan digunakan rumus Fuller ditulis dalam bentuk persamaan:
Hb= f V2/2g
Dimana f= koefisien kehilangan karena sambungan
             f= [0,131+1,847 (D/2R)3,5] ( 0,5
R= jari-jari lengkungan sumbu sambungan
3.    Kerugian karena perubahan penampang
Untuk menghitung kergian energy karena perubahan penampang digunakan persamaan:
Hc= kc V2/2g
Dimana kc = koefisien perubaha penampang
4.    Kergian pada belokan
Ada dua macam belokan pipa, yaitu lengkung dan patah. Untuk belokan lengkung sering dipakai rumus Fuller, dinyatakan sebagai berikut:
Kkb = [0,131 + 1,847(D/2R)3,5] ( 0,5
Dimana:
Kkb = koefisien kerugian belokan
R= jari jari belokan pipa (m)
D= diameter pipa (m)
 = sudut belokan (derajat)




BAB III
METODOLOGI

3.1 Fungsi Alat dan Bahan
3.1.1 Alat Bahan dan Fungsi
1.    Rangkaian pipa                                   : sebagai tempat mengalirnya fluida
2.    Pompa                                                : untuk memompa air dari tendon input ke rangkaian
3.    Stop kontak                                         : sebagai sumber arus listrik
4.    Tendon input                                       : untuk menampung air yang masuk ke pipa
5.    Kran input                                            : untuk mengatur debit aliran masuk
6.    Kran output                                         : untuk mengatur debit aliran keluar
7.    Pipa input                                            : sebagai jalan masuknya air ke rangkaian pipa
8.    Pipa output                                          : sebagai jalan keluarnya air dari rangkain pipa ke tendon               output
9.    Papan                                                  : sebagai tempat manometer dan skala
10.  Penyangga                                          : untuk menyangga pompa
11.  Air raksa                                              : sebagai indicator beda tinggi
12.  Skala/mistar                                        : untuk mengukur beda tinggi air raksa
13.  Selang                                                 : untuk menyalurkan air dari kran ke tendon input
14.  Kran control                                        : untuk mengatur mengatur tekanan aliran pada   rangkaian
15.  Piezometer                                          : untuk mengukur tekanan seluruh rangkaian pipa
16.  Sambungan mengecil lurus                : sebagai perlakuan aliran air dari pipa diameter besar ke kecil
17.  Sambungan membesar lurus             : sebagai perlakuan aliran air dari pipa diameter kecil ke besar
18.  Sprinkle                                               : untuk memberikan tekanan pada pipa besar
19.  Sprinkle kecil                                      : untuk memberikan tekanan pada pipa kecil
20.  Sambungan mengecil menyudut       : sebagai perlakuan aliran air dari pipa diameter besar ke kecil dengan belokan 90°
21.  Sambungan membesar menyudut     : sebagai perlakuan aliran air dari pipa diameter kecil ke besar dengan belokan 90°
22.  Belokan 90°                                        : sebagai perlakuan pipa
23.  Stopwatch                                           : untuk mengukur waktu
24.  Air                                                        : sebagai fluida perlakuan
25.  Tussen klep                                         : untuk menyaring air yang masuk dalam pipa
3.1.2 Gambar Rangkaian Alat dan Keterangan



















3.2 Cara Kerja


 


                                                                                        disiapkan


 



                                                                                        dipancing menggunakan air hingga
                                                                                        meluber


 


                                                                                         dihubungkan dengan arus listrik


 


                                                                                        dibuka penuh


 


                                                                                         dinyalakan dan ditunggu hingga aliran
Text Box: Piezometer                                                                                         konstan



 
                                                                                        - diamati beda tinggi air raksa selama 5
                                                                                          detik pada tiap perlakuan dan catat
                                                                                               hasil
                                                                                             - diamati selama 5kali pengulangan
                                                                                         



Text Box: Hasil
 


                                                                                                   dicatat






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum
Tabel 1
































































Tabel 2






























































































































4.2 Analisa Data Hasil Praktikum
Pada table 1 diperoleh nilai beda tinggi pada masing-masing perlakuan selama 5 detik dan sebanyak 5 kali percobaan. Pada sambungan mengecil lurus diperoleh beda tinggi 0.012 m, 0.015 m, 0.01 m, 0.014 m, dan 0.016 m. Pada sambungan membesar lurus diperoleh beda tinggi 0.002 m, 0.003 m, 0.003 m, 0.003 m, dan 0.004 m. Pada sambungan mengecil menyudut diperoleh beda tinggi 0.01 m, 0.011 m, 0.012 m m, 0.012 m, dan 0.012 m. Pada sambungan membesar menyudut diperoleh beda tinggi 0.002 m, 0.002 m, 0.002 m, 0.002 m, dan 0.002 m. Pada sprinkle besar diperoleh beda tinggi 0.005 m, 0.003 m, 0.003 m, 0.002 m, dan 0.001 m. Pada sprinkle kecil diperoleh beda tinggi 0.005 m, 0.004 m, 0.003 m, 0.004 m, dan 0.004 m. Pada belokan 90 diperoleh beda tinggi 0.015 m, 0.014 m, 0.016 m, 0.015 m, dan 0.013 m. Pada piezometer atau seluruh sambungan diperoleh beda tinggi 0.078 m, 0.089 m, 0.087 m, 0.087 m, dan 0.083 m.
Pada table 2 yaitu menentukan nilai HL (Head Loss) pada tiap perlakuan. Pada sambungan mengecil lurus diperoleh HL  3.20269697 x 10-3 m, 4.00337126 x 10-3 m, 2.70277273 x 10-3 m, 3.7364798 x 10-3 m, dan 4.270262677 x 10-3 m dengan jumlah dan rata-ratanya 17.9155834 x 10-3  m dan 3.583116687 x 10-3 m. Pada sambungan membesar lurus diperoleh HL 0.000193858 m,   m, 0.000434181 m, 0.000434181 m, 0.000434181 m, dan 0.000775437 dengan jumlah dan rata-ratanya 1.793189 x 10-3 m dan 3.586378 x 10-4 m. Pada sambungan mengecil menyudut  diperoleh HL 4.110127827 x 10-4 m, 4.5211406 x 10-4 m, 4.932153363 x 10-3 m, 4.932153365 x 10-3 m, dan 4.932153365 x 10-3 m. Pada sambungan membesar menyudut diperoleh HL 339.5225534 m, 339.5225534 m, 339.5225534 m, 339.5225534 m, dan 339.5225534 m dengan jumlah dan rata-ratanya  1697.612767 m dan 339.5225534 m . Pada sprinkle besar diperoleh HL 2,530530705 x 10-5 m, 1.524906154 x 10-5  m, 1.524906154 x 10-5 m, 1.106604027 x 10-5  m, dan 5.083020415 x 10-6 m dengan jumlah dan rata-ratanya 7.105249082 x 10-5 m dan 1.421049816 x 10-5 m. Pada sprinkle kecil diperoleh HL 2.219716769 x 10-5 m, 1.77577354 x 10-5 m, 1.331830181 x 10-5 m, 1.77577354 x 10-5 m, dan 1.77577354 x 10-5 m dengan jumlah dan rata-ratanya 8.87886757 x 10-5 dan 1.775773514 x 10-5 m.. Pada belokan 90° diperoleh HL 0.004003371 m, 0.003736479 m, 0.04270262 m, 0.004003371 m, dan 0.003469588 m dengan jumlah dan rata-ratanya 0.019483071 m dan 3.8966142 x 10-3 m. Pada piezometer atau seluruh sambungan diperoleh HL 545.8007139 m, 545.8117139 m, 545.8097139 m, 545.8097139 m, dan 545.8057139 m dengan jumlah dan rata-ratanya 2729.03757 m dan 545.8075139 m.

4.3 Data Hasil Perhitungan















4.4 Analisa Perhitungan
1. Sambungan mengecil lurus
Pertama menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil 2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2 dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu mencari nilai Kl (koefisien losses) dengan rumus Kl = A2/A1 = 5.064506 x 10-4/2.0258024 x 10-3 = 0.25. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan rumus V2 =   untuk masing-masing percobaan sehingga diperoleh V2 0.184521001 m/s, 0.206300751 m/s, 0.169509095 m/s, 0.19930546 m/s, dan 0.213066499 m/s. Yang terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL =  , sehingga diperoleh nilai HL 3.20269697 x 10-3 m, 4.00337126 x 10-3 m, 2.70277273 x 10-3 m, 3.7364798 x 10-3 m, dan 4.270262677 x 10-3 m.
2. Sambungan membesar lurus
Pertama menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil 2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2 dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu diketahui nilai Kl (koefisien losses) sama dengan 1. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan rumus V2 =   untuk masing-masing percobaan sehingga diperoleh V2 0.2382155886 m/s, 0.0922605 m/s, 0.0922605 m/s, 0.0922605 m/s, dan 0.106533249 m/s. Kemudian mencari nilai V1 pada tiap percobaan dengan rumus V1 = A2.V2/A1 sehingga diperoleh V1 0.301321531 m/s, 0.369042 m/s, 0.369042 m/s, 0.369042 m/s, dan 0.426132996 m/s. Yang terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL =  , sehingga diperoleh nilai HL 0.000193858 m, 0.000436181 m, 0.000436181 m, 0.000436181 m, dan 0.000775434  m.
3. Sambungan mengecil menyudut
Pertama menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil 2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2 dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu diketahui nilai Kl (koefisien losses) yaitu sebesar 0.385. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan rumus V2 =   untuk masing-masing percobaan sehingga diperoleh V2 0.053266624 m/s, 0.17666540 m/s, m/s, 0.184521001 m/s, 0.184521001 m/s, dan 0.184521001 m/s. Yang terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL =  , sehingga diperoleh nilai HL 4.110127827 x 10-4  m, 4.5211406 x 10-3 m, 4.932153365 x 10-3 m, 4.932153365 x 10-3 m, dan 4.932153365 x 10-3 m.
4. Sambungan membesar menyudut
Pertama menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil 2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2 dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu diketahui nilai Kl (koefisien losses) sama dengan 1.15. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan rumus V2 =   untuk masing-masing percobaan sehingga diperoleh V2 0.2382155886 m/s, semua sama pada tiap percobaan karena nilai beda tinggi yang dihasilkan konstan. Kemudian mencari nilai V1 pada tiap percobaan dengan rumus V1 = 0.25.V2/A1 sehingga diperoleh V1 117.5907327 m/s, semua sama pada tiap percobaan karena nilai V2 yang dihasilkan sama. Yang terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL =  , sehingga diperoleh nilai HL 339.5225534 m, semua sama pada tiap percobaan karena nilai V1 dan V2 yang dihasilkan sama.
5. Sprinkle besar
Pertama menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil 2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2 dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan rumus V2 =   untuk masing-masing percobaan sehingga diperoleh V2 0.119107791 m/s, 0.0922605 m/s, 0.0922605 m/s, 0.075330383 m/s, dan 0.053266624 m/s. Kemudian mencari nilai V1 pada tiap percobaan dengan rumus V1 = 0.25 V2, sehingga diperoleh V1 0.029776947 m/s, 0.023065125 m/s, 0.023065125 m/s, 0.018832595 m/s, dan 0.13316656 m/s. Lalu mencari nilai Re (bliangan Reynolds) pada tiap percobaan denga rumus Re =  , dimana diketahui L= 0.09 m, ƞ= 1.002 x 10-3 m dan F= 0.043 sehingga diperoleh Re 1509.649608, 1169.369611, 1169.369611, 954.7862969, dan 675.1358651. Yang terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL =  , sehingga diperoleh nilai HL 2,530530705 x 10-5 m, 1.524906154 x 10-5  m, 1.524906154 x 10-5 m, 1.106604027 x 10-5  m, dan 5.083020415 x 10-6 m.
6. Sprinkle kecil
Pertama menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil 2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2 dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan rumus V2 =   untuk masing-masing percobaan sehingga diperoleh V2 0.119107791 m/s, 0.106533248 m/s, 0.0922605 m/s, 0.106533248 m/s, dan 0.106533248 m/s. Kemudian mencari nilai V1 pada tiap percobaan dengan rumus V1 = 0.25 V2, sehingga diperoleh V1 0.029776947 m/s, 0.026633312 m/s, 0.023065125 m/s, 0.026633312 m/s, dan 0.026633312 m/s. Lalu mencari nilai Re (bliangan Reynolds) pada tiap percobaan denga rumus Re =  , dimana diketahui L= 0.065 m, ƞ= 1.002 x 10-3 m dan F= 0.052 sehingga diperoleh Re 1509.649646, 1350.271706, 1169.369611, 1350.271706, dan 1350.271706. Yang terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL =  , sehingga diperoleh nilai HL 2.219716769 x 10-5 m, 1.77577354 x 10-5 m, 1.331830181 x 10-5 m, 1.77577354 x 10-5 m, dan 1.77577354 x 10-5 m.
7. Belokan 90°
Pertama menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil 2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2 dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu diketahui nilai Kl (koefisien losses) yaitu sebesar 0.25 Selanjutnya mencari nilai V2 dengan rumus V2 =   untuk masing-masing percobaan sehingga diperoleh V2 0.206300751 m/s, 0.19930546 m/s, m/s, 0.213066499 m/s, 0.206300751 m/s, dan 0.192055547 m/s. Yang terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL =  , sehingga diperoleh nilai 0.004003371 m, 0.003736479 m, 0.04270262 m, 0.004003371 m, dan 0.003469588 m.
8. Piezometer
Pada piezometer langsung dicari nilai HL pada tiap percobaan dengan rumus HL = , sehingga diperoleh nilai HL 545.8007139 m, 545.8117139 m, 545.8097139 m, 545.8097139 m, dan 545.8057139 m.

4.5 Pembahasan
4.5.1 Jelaskan Kehilangan Tekanan Terbesar dan Terkecil dibandingkan dengan Literatur
Pada percobaan kehilangan tekanan terbesar yaitu pada perlakuan Piezometer atau seluruh sambungan yaitu dengan rata-rata HL = 545.8075139. Sedangkan kehilangan tekanan terkecil yaitu pada perlakuan sprinkle besar dengan rata-rata HL = 1.421049816 x 10-5 m. Sedangkan menurut Rahmat (2010), kerugian tekanan terbesar yaitu pada sambungan 90° sedangkan kerugian tekanan terkecil yaitu pada sprinkle besar. Dari hasil praktikum dengan literature kurang sesuai karena pada literature tidak menggunakan piezometer pada seluruh sambungan, pipa membesar menyudut dan pipa mengecil menyudut.
4.5.2 Jelaskan Mengapa Tekanan Semakin Mengecil pada Piezometer
Tekanan semakin mengecil pada piezometer karena debit aliran semakin berkurang. Selain itu mungkin sebelumnya benda-benda yang menempel pada pipa juga terkikis seiring berjalannya aliran, sehingga aliran lebih lancar. Hal ini dapat menyebabkan tekanan semakin berkurang.
4.5.3 Jelaskan Pembacaan Diagram Moody
Dengan melihat diagram Moody itu menunjukkan bahwa sudut kanan atas benar-benar turbulen dan bagian kiri adalah laminar. Untuk menentukan factor gesekan, nilai kekasaran relative dari pipa dapat dilihat di sebelah kanan. Kemudian cari bilangan Reynolds di bagian bawah, Tarik keatas sampai memotong, sebelah kiri akan didapatkan nilai factor gesekan dan jenis aliran apakah turbulen atau laminar ().
4.5.4 Jelaskan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktikum
Factor-faktor yang mempengaruhi praktikum diantaranya pompa yang digunakan sudah tua, terdapat kebocoran pipa, fluida (air) yang digunakan, bagian dalam pipa dan human error. Pompa yang sudah tua kinerjanya tidak akan maksimal sehingga mempengaruhi aliran air. Pipa yang bocor menyebabkan berkurangnya volume air dan aliran air. Air yang digunakan mungkin mengandung partikel-partikel atau mineral yang dapat menghambat aliran air. Kita tidak tahu apa yang ada di dalam bagian pipa, mungkin terdapat lumut atau karat yang dapat memperbesar kehilangan tekanan. Kesalahan praktikan dalam mengukur beda tinggi mungkin juga terjadi karena waktu yang digunakan hanya 5 detik dapat mempengaruhi hasil perhitungan
4.5.5 Jelaskan Aplikasi Headloss di Bidang TEP
Aplikasi headloss di bidang Keteknikan Pertanian yaitu pada instalasi drainase. Pada instalasi ini, banyak dipakai sambungan yang berfungsi untuk membelokkan atau membagi aliran menjadi bercabang. Pembagian aliran fluida pada percabangan sendiri adalah suatu proses irreversible dimana irreversible ini di dalam aplikasi teknik akan menurunkan unjuk kerja dari system. Selama fluida mengalir melalui pipa banyak terjadi rugi tekanan yang disebut rugi tekanan Major dan rugi tekanan Minor ().

























BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mampu memahami konsep kehilangan tekanan dan perhitungan headloss pada berbagai perlakuan dalam system perpipaan serta mampu mengetahui pengaruh kehilangan head dalam pipa terhadap pengaliran fluida di dalamnya. Kerugian head (head losses) adalah untuk mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri atas head kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan head kerugian di dalam belokan-belokan, reduser, katup-katup, dan sebagainya. Dalam keadaan turbulen, peralihan atau laminar untuk aliran dalam pipa (saluran tertutup), telah dikembangkan persamaan kerugian oleh Henry Darcy dan Julius Weishbach. Kerugian energy per satuan berat fluida dalam pengaliran cairan dalam system perpipaan disebut kerugian head (head loss).
Dari hasil praktikum diperoleh kesimpulan bahwa  headloss (kehilangan tekanan) terbesar terjadi pada perlakuan piezometer (seluruh sambungan) dengan nilai rata-rata HL = 545.8075139. Sedangkan kehilangan tekanan terkecil yaitu pada perlakuan sprinkle besar dengan rata-rata HL = 1.421049816 x 10-5 m. Sedangkan menurut Rahmat (2010), kerugian tekanan terbesar yaitu pada sambungan 90° sedangkan kerugian tekanan terkecil yaitu pada sprinkle besar. Dari hasil praktikum dengan literature kurang sesuai karena pada literature tidak menggunakan piezometer pada seluruh sambungan, pipa membesar menyudut dan pipa mengecil menyudut.
5.2 Saran
Dalam praktikum diharapkan praktikan lebih jeli dan teliti dalam mengukur karena waktu yang dibutuhkan hanya 5 detik. Selain itu, factor alat dan bahan juga berpengaruh dalam pelaksanaan praktikum. Kesalahan sedikit dalam pengoperasian dapat berpengaruh terhadap hasil akhir praktikum.






DAFTAR PUSTAKA

Affan, Bagus Shellan. 2010. Kaji Eksperimental Rugi Tekan (Head Loss) dan Faktor Gesekan yang Terjadi pada Pipa Lurus dan Belokan Pipa (Bend). Semarang: Universitas Diponegoro

Aini, Rahmania. 2015. Laporan Praktikum Mekanika Fluida Debit Aliran. Purwokerto: Universitas Jenderal  Soedirman

Rahmat, Sugi dan Adhe Irawan. 2010. Analisa Kerugian Head Akibat Perluasan dan Penyempitan Penampang pada Sambungan 90°. Makassar: Universitas Hasanuddin

Satria, Dian Putra. 2015. Fenomena Dasar Rugi-Rugi Aliran pada Sistem Perpipaan. Riau: Universitas Riau

Simanjuntak, Salomo. 2010. Kehilangan Energi pada Pipa Baja dan Pipa PVC. Medan: Universitas HKBP Nommensen


DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Tarnando, Riky. 2012. Aplikasi Mekanika Fluida pada Instalasi Saluran Air di Rumah. Tangerang: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Surya


No comments:

Post a Comment