BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami konsep
kehilangan tekanan dan perhitungan headloss pada berbagai perlakuan dalam
system perpipaan
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh
kehilangan head dalam pipa terhadap pengaliran fluida di dalamnya
1.2 Latar Belakang
Untuk
mengalirkan fluida dari tempat yang satu ke tempat yang lain diperlukan suatu
peralatan. Selain peralatan utama yang digunakan, ada bagian-bagian yang tidak
kalah penting dimana dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-peristiwa yang
dapat mengurangi efisiensi kerja yang diinginkan. Bagian dari peralatan ini
dapat berupa pipa-pipa yang dihubungkan. Dalam menggunakan pipa yang harus
diperhatikan adalah karakteristik dari fluida yang digunakan, misalnya : sifat
korosi, explosive, racun, suhu dan
tekanan. Apabila fluida dilewatkan ke dalam pipa maka akan terjadi gesekan
antara pipa dengan fluida tersebut. Besarnya gesekan yang terjadi tergantung
pada kecepatan, kekerasan pipa, diameter dan viskositas fluida yang digunakan.
Bentuk-bentuk
kerugian energy pada aliran fluida antara lain dijumpai pada aliran dalam pipa.
Kerugian-kerugian tersebut diakibatkan oleh adanya gesekan dengan dinding,
perubahan luas penampang, sambungan, katup-katup, belokan pipa dan
kerugian-kerugian khusus lainnya. Pada belokan atau lengkungan kerugian energy
aliran yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan pipa lurus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kehilangan
Tekanan Pipa
Kerugian head (head losses) adalah untuk
mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri atas head kerugian gesek di dalam
pipa-pipa, dan head kerugian di dalam belokan-belokan, reduser, katup-katup,
dan sebagainya. Dalam keadaan turbulen, peralihan atau laminar untuk aliran
dalam pipa (saluran tertutup), telah dikembangkan persamaan kerugian oleh Henry
Darcy dan Julius Weishbach. Kerugian energy per satuan berat fluida dalam
pengaliran cairan dalam system perpipaan disebut kerugian head (head loss)
(Affan, 2010).
Jika head loss tidak diperhitungkan maka
akan menjadi masalah dalam penerapannya di lapangan. Jika head losses
dinotasikan dengan h1 maka persamaan Bernoulli dapat ditulis menjadi persamaan
baru yaitu (Satria, 2015):
=
+ z2+h1
2.2 Pengertian Mayor Less dan Minor Less
1. Mayor Less
Kehilangan energy primer, yang disebabkan oleh gesekan
sekeliling pipa dan sepanjang pipa. Secara teoritis kehilangan energy primer
dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan yang menurut White (1986), adalah
persamaan yang disebut dengan persamaan Darcy-Weisbach yaitu (Aini, 2015):
Hf
= f
Dimana:
F
= factor gesekan, nilainya diperoleh dari diagram Moody maupun secara persamaan
empiris
L
= panjang pipa (m)
D
= diameter pipa (m)
V
= kecepatan aliran (m/dtk)
g
= percepatan gravitasi
2.
Minor Less
Kerugian minor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan yang
terjadi pada katup-katup, T Junction, sambungan dan penampang yang tidak
konstan. Kerugian minor meliputi sebagian kecil penampang system aliran,
sehingga dipergunakan istilah “minor”. Head losses minor dapat dihitung dengan
persamaan (Satria, 2015):
hm
= k
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Tekanan pada Pipa
Ada berbagai macam factor yang
mempengaruhi hilangnya energy di dalam pipa. Jenis-jenis sambungan ikut
mempengaruhi hilangnya energy pada pipa. Dengan adanya sambungan dapat
menghambat aliran normal dan menyebabkan gesekan tambahan. Pada pipa yang
pendek dan mempunyai banyak sambungan, fluida yang mengalir di dalamnya akan
mengalami banyak kehilangan energy (Rahmat, 2010).
Menurut Simanjuntak (2010), ada beberapa factor kerugian energy yaitu:
1. Kerugian pada bagian pemasukan
Untuk menghitung kehilangan energy pada
bagian pemasukan digunakan persamaan:
H0 = k0. V2/2g
Dimana k0 = koefisien gesek pada mulut pemasukan
2. Kerugian karena sambungan
Untuk menghitung kerugian head karena
belokan digunakan rumus Fuller ditulis dalam bentuk persamaan:
Hb= f V2/2g
Dimana f= koefisien kehilangan karena
sambungan
f= [0,131+1,847 (D/2R)3,5]
(
0,5
R= jari-jari lengkungan sumbu sambungan
3. Kerugian karena perubahan penampang
Untuk menghitung kergian energy karena
perubahan penampang digunakan persamaan:
Hc= kc V2/2g
Dimana kc = koefisien perubaha penampang
4. Kergian pada belokan
Ada dua macam belokan pipa, yaitu
lengkung dan patah. Untuk belokan lengkung sering dipakai rumus Fuller,
dinyatakan sebagai berikut:
Kkb = [0,131 + 1,847(D/2R)3,5]
(
0,5
Dimana:
Kkb = koefisien kerugian
belokan
R= jari jari belokan pipa (m)
D= diameter pipa (m)
= sudut belokan (derajat)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Fungsi Alat
dan Bahan
3.1.1
Alat Bahan dan Fungsi
1.
Rangkaian
pipa :
sebagai tempat mengalirnya fluida
2.
Pompa :
untuk memompa air dari tendon input ke rangkaian
3.
Stop
kontak :
sebagai sumber arus listrik
4.
Tendon
input :
untuk menampung air yang masuk ke pipa
5.
Kran
input :
untuk mengatur debit aliran masuk
6.
Kran
output :
untuk mengatur debit aliran keluar
7.
Pipa
input :
sebagai jalan masuknya air ke rangkaian pipa
8.
Pipa
output :
sebagai jalan keluarnya air dari rangkain pipa ke tendon output
9.
Papan :
sebagai tempat manometer dan skala
10. Penyangga : untuk menyangga pompa
11. Air raksa : sebagai indicator
beda tinggi
12. Skala/mistar : untuk mengukur beda tinggi
air raksa
13. Selang :
untuk menyalurkan air dari kran ke tendon input
14. Kran control : untuk mengatur mengatur
tekanan aliran pada rangkaian
15. Piezometer : untuk mengukur tekanan
seluruh rangkaian pipa
16. Sambungan mengecil lurus : sebagai perlakuan aliran air
dari pipa diameter besar ke kecil
17. Sambungan membesar lurus : sebagai perlakuan aliran air dari
pipa diameter kecil ke besar
18. Sprinkle :
untuk memberikan tekanan pada pipa besar
19. Sprinkle kecil : untuk memberikan tekanan pada
pipa kecil
20. Sambungan mengecil menyudut : sebagai perlakuan aliran air dari pipa
diameter besar ke kecil dengan belokan 90°
21. Sambungan membesar menyudut : sebagai perlakuan aliran air dari pipa
diameter kecil ke besar dengan belokan 90°
22. Belokan 90° : sebagai perlakuan pipa
23. Stopwatch : untuk mengukur waktu
24. Air :
sebagai fluida perlakuan
25. Tussen klep : untuk menyaring air yang
masuk dalam pipa
3.1.2
Gambar Rangkaian Alat dan Keterangan
3.2 Cara
Kerja
disiapkan
dipancing
menggunakan air hingga
meluber
dihubungkan
dengan arus listrik
dibuka
penuh
dinyalakan
dan ditunggu hingga aliran
konstan
-
diamati beda tinggi air raksa selama 5
detik pada tiap perlakuan dan catat
hasil
-
diamati selama 5kali pengulangan
dicatat
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Praktikum
Tabel 1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.2 Analisa Data Hasil
Praktikum
Pada
table 1 diperoleh nilai beda tinggi pada masing-masing perlakuan selama 5 detik
dan sebanyak 5 kali percobaan. Pada sambungan mengecil lurus diperoleh beda
tinggi 0.012 m, 0.015 m, 0.01 m, 0.014 m, dan 0.016 m. Pada sambungan membesar
lurus diperoleh beda tinggi 0.002 m, 0.003 m, 0.003 m, 0.003 m, dan 0.004 m. Pada
sambungan mengecil menyudut diperoleh beda tinggi 0.01 m, 0.011 m, 0.012 m m,
0.012 m, dan 0.012 m. Pada sambungan membesar menyudut diperoleh beda tinggi
0.002 m, 0.002 m, 0.002 m, 0.002 m, dan 0.002 m. Pada sprinkle besar diperoleh
beda tinggi 0.005 m, 0.003 m, 0.003 m, 0.002 m, dan 0.001 m. Pada sprinkle
kecil diperoleh beda tinggi 0.005 m, 0.004 m, 0.003 m, 0.004 m, dan 0.004 m.
Pada belokan 90 diperoleh beda tinggi 0.015 m, 0.014 m, 0.016 m, 0.015 m, dan
0.013 m. Pada piezometer atau seluruh sambungan diperoleh beda tinggi 0.078 m,
0.089 m, 0.087 m, 0.087 m, dan 0.083 m.
Pada
table 2 yaitu menentukan nilai HL (Head Loss) pada tiap perlakuan. Pada
sambungan mengecil lurus diperoleh HL
3.20269697 x 10-3 m, 4.00337126 x 10-3 m,
2.70277273 x 10-3 m, 3.7364798 x 10-3 m, dan 4.270262677
x 10-3 m dengan jumlah dan rata-ratanya 17.9155834 x 10-3 m dan 3.583116687 x 10-3 m. Pada
sambungan membesar lurus diperoleh HL 0.000193858 m, m, 0.000434181
m, 0.000434181 m, 0.000434181 m, dan 0.000775437 dengan jumlah dan rata-ratanya
1.793189 x 10-3 m dan 3.586378 x 10-4 m. Pada sambungan
mengecil menyudut diperoleh HL 4.110127827
x 10-4 m, 4.5211406 x 10-4 m, 4.932153363 x 10-3
m, 4.932153365 x 10-3 m, dan 4.932153365 x 10-3 m. Pada
sambungan membesar menyudut diperoleh HL 339.5225534 m, 339.5225534 m, 339.5225534
m, 339.5225534 m, dan 339.5225534 m dengan jumlah dan rata-ratanya 1697.612767 m dan 339.5225534 m . Pada
sprinkle besar diperoleh HL 2,530530705 x 10-5 m, 1.524906154 x 10-5
m, 1.524906154 x 10-5 m,
1.106604027 x 10-5 m, dan 5.083020415
x 10-6 m dengan jumlah dan rata-ratanya 7.105249082 x 10-5
m dan 1.421049816 x 10-5 m. Pada sprinkle kecil diperoleh HL 2.219716769
x 10-5 m, 1.77577354 x 10-5 m, 1.331830181 x 10-5
m, 1.77577354 x 10-5 m, dan 1.77577354 x 10-5 m dengan
jumlah dan rata-ratanya 8.87886757 x 10-5 dan 1.775773514 x 10-5
m.. Pada belokan 90° diperoleh HL 0.004003371 m, 0.003736479 m, 0.04270262 m,
0.004003371 m, dan 0.003469588 m dengan jumlah dan rata-ratanya 0.019483071 m
dan 3.8966142 x 10-3 m. Pada piezometer atau seluruh sambungan
diperoleh HL 545.8007139 m, 545.8117139 m, 545.8097139 m, 545.8097139 m, dan 545.8057139
m dengan jumlah dan rata-ratanya 2729.03757 m dan 545.8075139 m.
4.3 Data
Hasil Perhitungan
4.4
Analisa Perhitungan
1. Sambungan mengecil
lurus
Pertama
menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah
diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil
2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas
lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2
dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu mencari nilai Kl
(koefisien losses) dengan rumus Kl = A2/A1 = 5.064506 x 10-4/2.0258024
x 10-3 = 0.25. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan rumus V2 = untuk masing-masing
percobaan sehingga diperoleh V2 0.184521001 m/s, 0.206300751 m/s, 0.169509095
m/s, 0.19930546 m/s, dan 0.213066499 m/s. Yang terakhir mencari nilai HL (Head
Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL = , sehingga
diperoleh nilai HL 3.20269697 x 10-3 m, 4.00337126 x 10-3
m, 2.70277273 x 10-3 m, 3.7364798 x 10-3 m, dan
4.270262677 x 10-3 m.
2. Sambungan membesar
lurus
Pertama
menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah
diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil
2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas
lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2
dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu diketahui nilai
Kl (koefisien losses) sama dengan 1. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan rumus
V2 = untuk masing-masing
percobaan sehingga diperoleh V2 0.2382155886 m/s, 0.0922605 m/s, 0.0922605 m/s,
0.0922605 m/s, dan 0.106533249 m/s. Kemudian mencari nilai V1 pada tiap
percobaan dengan rumus V1 = A2.V2/A1 sehingga diperoleh V1 0.301321531 m/s,
0.369042 m/s, 0.369042 m/s, 0.369042 m/s, dan 0.426132996 m/s. Yang terakhir
mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL = , sehingga
diperoleh nilai HL 0.000193858 m, 0.000436181 m, 0.000436181 m, 0.000436181 m,
dan 0.000775434 m.
3. Sambungan mengecil
menyudut
Pertama
menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah
diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil
2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas
lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2
dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu diketahui nilai
Kl (koefisien losses) yaitu sebesar 0.385. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan
rumus V2 = untuk masing-masing
percobaan sehingga diperoleh V2 0.053266624 m/s, 0.17666540 m/s, m/s,
0.184521001 m/s, 0.184521001 m/s, dan 0.184521001 m/s. Yang terakhir mencari
nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL = , sehingga
diperoleh nilai HL 4.110127827 x 10-4 m, 4.5211406 x 10-3 m, 4.932153365
x 10-3 m, 4.932153365 x 10-3 m, dan 4.932153365 x 10-3
m.
4.
Sambungan membesar menyudut
Pertama
menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah
diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil
2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas
lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2
dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu diketahui nilai
Kl (koefisien losses) sama dengan 1.15. Selanjutnya mencari nilai V2 dengan
rumus V2 = untuk masing-masing
percobaan sehingga diperoleh V2 0.2382155886 m/s, semua sama pada tiap
percobaan karena nilai beda tinggi yang dihasilkan konstan. Kemudian mencari
nilai V1 pada tiap percobaan dengan rumus V1 = 0.25.V2/A1 sehingga diperoleh V1
117.5907327 m/s, semua sama pada tiap percobaan karena nilai V2 yang dihasilkan
sama. Yang terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan
rumus HL = , sehingga
diperoleh nilai HL 339.5225534 m, semua sama pada tiap percobaan karena nilai
V1 dan V2 yang dihasilkan sama.
5.
Sprinkle besar
Pertama
menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah
diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil
2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas
lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2
dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Selanjutnya mencari
nilai V2 dengan rumus V2 = untuk masing-masing
percobaan sehingga diperoleh V2 0.119107791 m/s, 0.0922605 m/s, 0.0922605 m/s,
0.075330383 m/s, dan 0.053266624 m/s. Kemudian mencari nilai V1 pada tiap
percobaan dengan rumus V1 = 0.25 V2, sehingga diperoleh V1 0.029776947 m/s,
0.023065125 m/s, 0.023065125 m/s, 0.018832595 m/s, dan 0.13316656 m/s. Lalu
mencari nilai Re (bliangan Reynolds) pada tiap percobaan denga rumus Re = , dimana diketahui L=
0.09 m, ƞ= 1.002 x 10-3 m dan F= 0.043 sehingga diperoleh Re
1509.649608, 1169.369611, 1169.369611, 954.7862969, dan 675.1358651. Yang
terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL = , sehingga
diperoleh nilai HL 2,530530705
x 10-5 m, 1.524906154 x 10-5 m, 1.524906154 x 10-5 m,
1.106604027 x 10-5 m, dan
5.083020415 x 10-6 m.
6.
Sprinkle kecil
Pertama
menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah
diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil
2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas
lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2
dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Selanjutnya mencari
nilai V2 dengan rumus V2 = untuk masing-masing
percobaan sehingga diperoleh V2 0.119107791 m/s, 0.106533248 m/s, 0.0922605
m/s, 0.106533248 m/s, dan 0.106533248 m/s. Kemudian mencari nilai V1 pada tiap
percobaan dengan rumus V1 = 0.25 V2, sehingga diperoleh V1 0.029776947 m/s,
0.026633312 m/s, 0.023065125 m/s, 0.026633312 m/s, dan 0.026633312 m/s. Lalu
mencari nilai Re (bliangan Reynolds) pada tiap percobaan denga rumus Re = , dimana diketahui L=
0.065 m, ƞ= 1.002 x 10-3 m dan F= 0.052 sehingga diperoleh Re
1509.649646, 1350.271706, 1169.369611, 1350.271706, dan 1350.271706. Yang
terakhir mencari nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL = , sehingga
diperoleh nilai HL 2.219716769
x 10-5 m, 1.77577354 x 10-5 m, 1.331830181 x 10-5
m, 1.77577354 x 10-5 m, dan 1.77577354 x 10-5 m.
7.
Belokan 90°
Pertama
menghitung luas penampang pipa besar (A1) dan pipa kecil (A2) yang sudah
diketahui diameternya yaitu pipa besar 5.08 x 10-2 m dan pipa kecil
2.54 x 10-2 m. Kemudian masing-masing dimasukkan kerumus luas
lingkaran A = ¼ π d2 dan diperoleh A1 = 2.0258024 x 10-3 m2
dan A2 = 5.064506 x 10-4 m2. Lalu diketahui nilai
Kl (koefisien losses) yaitu sebesar 0.25 Selanjutnya mencari nilai V2 dengan
rumus V2 = untuk masing-masing
percobaan sehingga diperoleh V2 0.206300751 m/s, 0.19930546 m/s, m/s,
0.213066499 m/s, 0.206300751 m/s, dan 0.192055547 m/s. Yang terakhir mencari
nilai HL (Head Losses) pada tiap percobaan dengan rumus HL = , sehingga
diperoleh nilai 0.004003371
m, 0.003736479 m, 0.04270262 m, 0.004003371 m, dan 0.003469588 m.
8.
Piezometer
Pada piezometer langsung dicari nilai HL
pada tiap percobaan dengan rumus HL = ,
sehingga diperoleh
nilai HL 545.8007139 m,
545.8117139 m, 545.8097139 m, 545.8097139 m, dan 545.8057139 m.
4.5
Pembahasan
4.5.1 Jelaskan Kehilangan Tekanan
Terbesar dan Terkecil dibandingkan dengan Literatur
Pada percobaan
kehilangan tekanan terbesar yaitu pada perlakuan Piezometer atau seluruh
sambungan yaitu dengan rata-rata HL = 545.8075139. Sedangkan kehilangan tekanan
terkecil yaitu pada perlakuan sprinkle besar dengan rata-rata HL = 1.421049816
x 10-5 m. Sedangkan menurut Rahmat (2010), kerugian tekanan terbesar
yaitu pada sambungan 90° sedangkan kerugian tekanan terkecil yaitu pada
sprinkle besar. Dari hasil praktikum dengan literature kurang sesuai karena
pada literature tidak menggunakan piezometer pada seluruh sambungan, pipa
membesar menyudut dan pipa mengecil menyudut.
4.5.2 Jelaskan Mengapa Tekanan Semakin
Mengecil pada Piezometer
Tekanan semakin mengecil pada piezometer
karena debit aliran semakin berkurang. Selain itu mungkin sebelumnya
benda-benda yang menempel pada pipa juga terkikis seiring berjalannya aliran,
sehingga aliran lebih lancar. Hal ini dapat menyebabkan tekanan semakin
berkurang.
4.5.3 Jelaskan Pembacaan Diagram Moody
Dengan melihat diagram Moody itu
menunjukkan bahwa sudut kanan atas benar-benar turbulen dan bagian kiri adalah
laminar. Untuk menentukan factor gesekan, nilai kekasaran relative dari pipa
dapat dilihat di sebelah kanan. Kemudian cari bilangan Reynolds di bagian
bawah, Tarik keatas sampai memotong, sebelah kiri akan didapatkan nilai factor
gesekan dan jenis aliran apakah turbulen atau laminar ().
4.5.4 Jelaskan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Praktikum
Factor-faktor
yang mempengaruhi praktikum diantaranya pompa yang digunakan sudah tua,
terdapat kebocoran pipa, fluida (air) yang digunakan, bagian dalam pipa dan
human error. Pompa yang sudah tua kinerjanya tidak akan maksimal sehingga
mempengaruhi aliran air. Pipa yang bocor menyebabkan berkurangnya volume air
dan aliran air. Air yang digunakan mungkin mengandung partikel-partikel atau
mineral yang dapat menghambat aliran air. Kita tidak tahu apa yang ada di dalam
bagian pipa, mungkin terdapat lumut atau karat yang dapat memperbesar
kehilangan tekanan. Kesalahan praktikan dalam mengukur beda tinggi mungkin juga
terjadi karena waktu yang digunakan hanya 5 detik dapat mempengaruhi hasil
perhitungan
4.5.5 Jelaskan Aplikasi Headloss di
Bidang TEP
Aplikasi
headloss di bidang Keteknikan Pertanian yaitu pada instalasi drainase. Pada
instalasi ini, banyak dipakai sambungan yang berfungsi untuk membelokkan atau
membagi aliran menjadi bercabang. Pembagian aliran fluida pada percabangan
sendiri adalah suatu proses irreversible dimana irreversible ini di dalam
aplikasi teknik akan menurunkan unjuk kerja dari system. Selama fluida mengalir
melalui pipa banyak terjadi rugi tekanan yang disebut rugi tekanan Major dan
rugi tekanan Minor ().
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tujuan
dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mampu memahami konsep kehilangan
tekanan dan perhitungan headloss pada berbagai perlakuan dalam system perpipaan
serta mampu mengetahui pengaruh kehilangan head dalam pipa terhadap pengaliran
fluida di dalamnya.
Kerugian head (head losses)
adalah untuk mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri atas head kerugian gesek
di dalam pipa-pipa, dan head kerugian di dalam belokan-belokan, reduser,
katup-katup, dan sebagainya. Dalam keadaan turbulen, peralihan atau laminar
untuk aliran dalam pipa (saluran tertutup), telah dikembangkan persamaan
kerugian oleh Henry Darcy dan Julius Weishbach. Kerugian energy per satuan
berat fluida dalam pengaliran cairan dalam system perpipaan disebut kerugian
head (head loss).
Dari hasil praktikum diperoleh kesimpulan bahwa headloss (kehilangan tekanan) terbesar
terjadi pada perlakuan piezometer (seluruh sambungan) dengan nilai rata-rata HL = 545.8075139. Sedangkan
kehilangan tekanan terkecil yaitu pada perlakuan sprinkle besar dengan
rata-rata HL = 1.421049816 x 10-5 m. Sedangkan menurut Rahmat
(2010), kerugian tekanan terbesar yaitu pada sambungan 90° sedangkan kerugian
tekanan terkecil yaitu pada sprinkle besar. Dari hasil praktikum dengan
literature kurang sesuai karena pada literature tidak menggunakan piezometer
pada seluruh sambungan, pipa membesar menyudut dan pipa mengecil menyudut.
5.2 Saran
Dalam
praktikum diharapkan praktikan lebih jeli dan teliti dalam mengukur karena
waktu yang dibutuhkan hanya 5 detik. Selain itu, factor alat dan bahan juga
berpengaruh dalam pelaksanaan praktikum. Kesalahan sedikit dalam pengoperasian
dapat berpengaruh terhadap hasil akhir praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Affan, Bagus Shellan. 2010. Kaji
Eksperimental Rugi Tekan (Head Loss) dan Faktor Gesekan yang Terjadi pada Pipa
Lurus dan Belokan Pipa (Bend). Semarang: Universitas Diponegoro
Aini, Rahmania. 2015. Laporan
Praktikum Mekanika Fluida Debit Aliran. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman
Rahmat, Sugi dan Adhe Irawan. 2010. Analisa Kerugian Head Akibat Perluasan dan Penyempitan Penampang pada
Sambungan 90°. Makassar: Universitas Hasanuddin
Satria, Dian Putra. 2015. Fenomena
Dasar Rugi-Rugi Aliran pada Sistem Perpipaan. Riau: Universitas Riau
Simanjuntak, Salomo. 2010. Kehilangan
Energi pada Pipa Baja dan Pipa PVC. Medan: Universitas HKBP Nommensen
DAFTAR
PUSTAKA TAMBAHAN
Tarnando, Riky.
2012. Aplikasi Mekanika Fluida pada
Instalasi Saluran Air di Rumah. Tangerang: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) Surya
No comments:
Post a Comment