Pages

Tuesday, October 18, 2016

Laporan Praktikum Bouyancy



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Tujuan Praktikum
1.1.1 Mempelajari prinsip tekanan keatas fluida terhadap benda terapung
1.1.2 Mampu untuk menentukan kerapatan (density) dari bermacam fluida

1.2 Latar Belakang
Hukum Archimedes menyatakan bahwa suatu benda yang dicelupkan seluruhnya atau sebagian kedalam fluida akan mengalami gaya keatas yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan. Bila benda dicelupkan kedalam air maka aka nada tiga kemungkinan yang akan dialami oleh benda tersebut, yaitu mengapung, melayang, dan tengelam, benda dikatakan terapung jika air> benda, benda dikatakan tenggelam jika air< benda, dan benda dikatakan melayang jika air= benda.






                        Terapung             tenggelam           melayang           

Rumus besarnya berat benda di udara: Wudara = W = m .g, sedangkan berat benda di dalam air yaitu Wair = W – Fa = m.g – Fa
Dimana :
m = massa benda (kg)
g  = percepatan grafitasi bumi (m/det2)
W = berat benda (N)
Fa = gaya ke atas (N)

Persamaan Hukum Archimedes :
            FA = wa -wl
            FA = (ma – ml).g



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bouyancy dan Densitas
Bouyancy adalah daya apung. Dalam hal ini molekul udara yang suhunya lebih hangat kerapatannya menurun (jarak antarmolekulnya merenggang), sehingga massa jenisnya (massa per satuan volume) menjadi lebih lebih ringan, dan udara pun bergerak (mengapung) ke atas.   Bouyancy dipengaruhi densitas massa (volume) dan gravitasi. Bouyancy terjadi karena adanya reaksi dari fluida terhadap massa benda yang tercelup ke dalam air. Tubuh manusia umumnya terapung di air dan balon berisi helium terapung di udara (Latifah, 2010).
Densitas adalah massa fluida per satuan volume. Kerapatan sebuah fluida, dilambangkan dengan huruf yunani  (rho). Kerapatan biasanya digunakan untuk mengkarakteristikan  massa sebuah system fluida. Dalam system BG,  mempunyai satuan slugs/ft3 dan dalam satuan SI adalah kg/m3. Nilai kerapatan dapat bervariasi cukup besar di antara fluida yang berbeda. Namun untuk zat-zat cair, variasi tekanan dan dan temperature umumnya hanya memberikan pengaruh kecil terhadap nilai  (Munson, 2010).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bouyancy
Faktor-faktor yang mempengaruhi bouyancy pada fluida adalah volume fluida yang dipindahkan. Karena total gaya ke atas yang diberikan pada benda oleh fluida juga sama dengan sebelumnya, sama juga dalam besarnya dengan berat mg fluida yang dipindahkan. Selain itu faktor yang mempengaruhi bouyancy berat benda di dalam fluida dan berat benda di udara. Massa jenis atau densitas fluida juga mempengaruhi gaya apung benda. Dan percepatan gravitasi juga mempengaruhi gaya apung, karena garis kerja gaya apung kembali melalui pusat gravitasi fluida yang dipindahkan (Latifah, 2010).

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Densitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi densitas yaitu massa benda pada fluida, volume fluida dan suhu. Pada massa yang sama, fluida gas sangat dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan. Namun untuk zat-zat cair, variasi tekanan dan temperatur umumnya hanya memberikan pengaruh kecil terhadap nilai kerapatan (Munson, 2010).
.
2.4 Hukum Archimedes
Hukum Archimedes menyatakan ketika sebuah benda seluruhnya atau sebagian dimasukkan kedalam zat cair, cairan akan memberikan gaya ke atas pada benda setara dengan berat cairan yang dipindahkan benda. Akibat adanya gaya apung, berat benda dalam zat cair akan berkurang. Benda yang diangkat dalam zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan diangkat kedarat. Jadi telas jelas bahwa berat benda seakan berkurang bila benda dimasukkan kedalam air (Latifah, 2010).
Selain itu Hukum Archimedes juga bisa diartikan bahwa suatu benda yang dicelupkan seluruhnya atau sebagian kedalam fluida akan mengalami gaya ke atas yang sama dengan berat fluida yang dipindahkannya. Karena adanya gaya angkat keatas yang ditimbulkan air dan diterima benda. Dengan demikian maka resultan gaya antara gaya berat dengan gaya keatas merupakan berat benda dalam air. Selanjutnya berat disebut dengan berat semu yaitu berat benda tidak sebenarnya karena benda berada dalam zat cair (Nurlaili, 2012).

2.5 Rumus-rumus yang Berhubungan Dengan Bouyancy dan Densitas
1. Bouyancy
Menurut Nurlaili, (2012) besarnya gaya apung (Fa) dirumuskan sebagai berikut :
                             Fa =  ρf .g .vbf           
Dimana :           
Fa  = gaya ke atas (N)           
ρf  = massa jenis fluida (kg/m3)        
g    = Percepatan grafitasi bumi (m/det2)      
vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)

      2. Densitas
Menurut Latifah (2010) besarnya densitas dirumuskan sebagai berikut:
                          =
Dimana :
                         = density fluida (kg/m3)
m = massa (kg)
v = volume fluida (m3)

2.6 Aplikasi Bouyancy pada Prodi TEP/TL/TBP
                        Aplikasi bouyancy dapat digunakan sebagai hidrometer, digunakan untuk mengukur densitas cairan. Pelampung yang terkalibrasi ditenggelamkan di dalam fluida sampai berat fluida yang dipindahkan secara tepat sama dengan beratnya sendiri. Hydrometer mengapung lebih tinggi pada cairan yang memiliki densitas lebih tinggi dari pada yang lebih rendah. Hydrometer diberi pemberat pada bagian ujung bawah sehingga posisi bagian atas akan stabil, dan skala pada bagian atas batang memungkinkan pembacaan densitas secara langsung. Bagian bawah tabung yang besar dicelupkan kedalam cairan, pentolan dibenamkan sampai mengeluarkan udara dan kemudian dilepaskan, seperti alat tetes obat yang besar. Cairan akan naik memasuki tabung bagian luar, dan pelampung hydrometer (Latifah, 2010).





BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pada praktikum bouyancy dilaksanakan pada hari rabu tanggal 21-09-2016. Praktikum ini dilaksanakan pukul 10:10- 11:50. Tempat pelaksanaan dari praktikum bouyancy ini berada pada lab TSAL (Teknik Sumberdaya Alam dan Lingkungan). 

3.2 Alat Bahan dan Fungsinya
3.2.1 Bouyancy
a. Alat :
·         Pipa Paralon: Berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan fluida.
·         Penggaris : Berfungsi untuk mengukur beda tinggi dan pipa paralon.
·         Gelas Ukur : Berfungsi untuk memasukkan fluida ke pipa paralon untuk bouyancy.
·         Timbangan Digital : Berfungsi untuk mengukur massa benda untuk bouyancy.
b. Bahan :
·         Air : Berfungsi sebagai media fluida untuk bouyancy.
·         Telur, gabus, mangga, kayu, besi, kentang : Berfungsi sebagai bahan perlakuan bouyancy.

3.2.2 Densitas
     a. Alat :
·         Gelas Ukur : Berfungsi untuk mengukur volume fluida yang digunakan untuk densitas.
·         Stopwatch : Berfungsi untuk menghitung lamanya waktu saat mengukur suhu fluida untuk densitas.
·         Termometer : Berfungsi untuk mengukur suhu fluida untuk densitas.
·         Timbangan Digital : Berfungsi untuk mengukur massa ukur gelas kosong dan berisi fluida untuk densitas.
b. Bahan :
·         Minyak, air dan susu : Berfungsi sebagai bahan perlakuan densitas.





3.3 Cara Kerja
a. Bouyancy
Alat dan Bahan
 


                                                                               
Diukur diameter dalam dan luar pipa paralon
Diukur massa bahan perlakuan dengan timbangan digital
Dimasukkan air sebanyak 20 cm kedalam pipa paralon
Diambil Air sebanyak 20 cm
Dimasukkan masing-masing bahan perlakuan kedalam pipa paralon  perlakuan kedalam
 



















Hasil
Diulangi perlakuan dengan bahan yang berbeda 
Diukur ketinggian air setelah diberi penambahan besi H2
Dilihat perubahan yang terjadi untuk H2 . (Jika, benda tenggelam H1 = H2 dan jika benda terapung atau melayang maka perlu ditambahkan besi untuk H2)
Diukur penambahan ketinggian dengan penggaris sebagai H1
                                                                                           


























b. Densitas
Alat dan Bahan
 



                                                                                              
Diukur fluida sebanyak 50 ml dengan gelas ukur
Ditimbang gelas ukur dalam keadaan kosong dengan timbangan digital
 









Hasil
Diulangi perlakuan dengan fluida yang berbeda
Diukur duhu fluida selama 3 menit
Ditimbang gelas ukur yang berisi fluida dengan timbangan digital
                                                                            























3.4 Gambar Alat dan Bahan
Nama Benda
Gambar Benda
Pipa paralon

Penggaris

Gelas ukur pirex

Gelas ukur iwaki

Timbangan Digital


Termometer

Stopwatch


Telur

Gabus

Mangga

Kayu

Kentang

Susu

Minyak

Air

                                                                                                       










4. 2 Analisa DHP Bouyancy
Pada praktikum bouyancy alat yang digunakan adalah pipa paralon, penggaris, gelas ukur, timbangan digital. Sedangkan bahan yang digunakan adalah besi, mangga, kayu, gabus, kentang, telur, dan air. Masing-masing bahan perlakuan ditimbang menggunakan timbangan digital. Pada bahan pertama yaitu gabus setelah ditimbang memiliki massa sebesar 0,003429 kg. Pada bahan kedua yaitu kayu setelah ditimbang memiliki massa sebesar 0,129545 kg. Pada bahan ketiga yaitu kentang setelah ditimbang memiliki massa sebesar 0,081837 kg. Pada bahan keempat yaitu mangga setelah ditimbang memiliki massa sebesar 0,318695 kg. Pada bahan kelima yaitu besi setelah ditimbang memiliki massa sebesar 0,191098 kg. Pada bahan keenam yaitu telur setelah ditimbang memiliki massa sebesar 0,072089 kg.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui tekanan ke atas fluida terhadap bahan yang akan diuji. Jika bahan uji tidak tenggelam maka perlu ditambahkan besi untuk menentukan nilai H2. Namun untuk bahan uji yang tenggelam H1 = H2. Setelah melakukan pengujian diperoleh hasil dari masing-masing bahan uji. Bahan uji yang pertama yaitu gabus diperoleh hasil H1 = 0,001 m, karena saat dimasukkan ke dalam air, gabus mengapung sehingga perlu ditambahkan besi dan besar nilai H2 = 0,002 m. Pada bahan uji kedua yaitu kayu diperoleh hasil H1 = 0,008 m, karena saat dimasukkan ke dalam air, kayu mengapumg sehingga perlu ditambahkan besi dan besar nilai H2 = 0,009 m. Pada bahan uji ketiga yaitu kentang diperoleh hasil H1 = 0,005 m, karena saat dimasukkan ke dalam air, kentang tenggelam sehingga tidak perlu ditambahkan besi dan besar nilai H2 = 0,005 m. Pada bahan uji keempat yaitu mangga diperoleh hasil H1 = 0,015 m, karena saat dimasukkan ke dalam air, mangga tenggelam sehingga tidak perlu ditambahkan besi dan besar nilai H2 = 0,015 m. Pada bahan uji kelima yaitu besi diperoleh hasil H1 = 0,002 m, karena saat dimasukkan ke dalam air, besi tenggelam sehingga tidak perlu ditambahkan besi dan besar nilai H2 = 0,002 m. Pada bahan uji keenam yaitu telur diperoleh hasil H1 = 0,004 m, karena saat dimasukkan ke dalam air, telur tenggelam sehingga tidak perlu ditambahkan besi dan besar nilai H2 = 0,004 m.

4.3 Analisa Hasil Perhitungan Bouyancy
Pada praktikum bouyancy diameter tabung kecil pipa yang digunakan sebesar (d1) = 0,156 m. Sedangkan pada diameter tabung besar pipa sebesar (d2) = 0,164 m. Setelah didapatkan d1 dan d2 maka dihitung luas tabung dengan rumus  12 . Setelah itu dihitung dan didapatkan luas tabung kecil pipa yaitu sebesar (A1) = 0,01910376 m2. Dan luas tabung besar pipa yaitu sebesar (A2) = 0,02111336 m2.
Setelah diketahui A1 dan A2 maka dihitung volume benda tenggelam dengan rumus v = H1. A1 + H2. A2, dimana A1 adalah luas tabung kecil pipa dan A2 adalah luas tabung besar pipa. Dan H1 dan H2 adalah ketinggian fluida dari pengukuran pada saat benda berada di dalam pipa paralon. Pada bahan uji pertama yaitu gabus diperoleh hasil v = 6,133048 x 10-5 m3. Pada bahan uji kedua yaitu kayu diperoleh hasil v = 3,4285032 x 10-4 m3. Pada bahan uji ketiga yaitu kentang diperoleh hasil v = 2,01084 x 10-4 m3. Pada bahan uji keempat yaitu mangga diperoleh hasil v = 6,032568 x 10-4 m3. Pada bahan uji kelima yaitu  besi diperoleh hasil v = 8,043424 x 10-5 m3. Pada bahan uji keenam yaitu telur diperoleh hasil v = 1,6086848 x 10-4 m3.
Setelah dihitung volume benda tenggelam kemudian dicari volume benda total dengan menggunakan rumus (vtotal) =  H2. A1 + H2. A2 . Pada bahan uji pertama yaitu gabus diperoleh hasil vtotal = 8,043424 x 10-5 m3. Pada bahan uji kedua yaitu kayu diperoleh hasil vtotal = 3,6195408 x 10-4 m3. Pada bahan uji ketiga yaitu kentang diperoleh hasil vtotal = 2,01084 x 10-4 m3. Pada bahan uji keempat yaitu mangga diperoleh hasil vtotal = 6,032568 x 10-4 m3. Pada bahan uji kelima yaitu besi diperoleh hasil vtotal = 8,043424 x 10-5 m3. Pada bahan uji keenam yaitu telur diperoleh hasil vtotal = 1,6086848 x 10-4m3.
Setelah volume benda tenggelam dan total diketahui kemudian dicari volume benda terapung dengan menggunakan rumus (v) = vtotal - vtenggelam. Pada bahan uji pertama yaitu gabus didapatkan hasil v = 1,910376 x 10-5 m3. Pada bahan uji kedua yaitu kayu didapatkan hasil v = 1,910376 x 10-5 m3. Pada bahan uji ketiga yaitu kentang didapatkan hasil v = 0 m3. Karena kentang tenggelam jadi volume benda terapungnya (v) = 0. Pada bahan uji keempat yaitu mangga didapatkan hasil v = 0 m3. Pada bahan uji kelima yaitu besi didapatkan hasil v = 0 m3. Karena besi tenggelam jadi volume benda terapungnya (v) = 0. Pada bahan uji keenam yaitu telur didapatkan hasil v = 0 m3. Karena telur tenggelam jadi volume benda terapungnya (v) = 0.
Berikutnya dilakukan perhitungan pada massa jenis benda dengan menggunakan rumus  . Pada bahan uji pertama yaitu gabus didapatkan hasil   = 42,6310984 kg/m3. Pada bahan uji kedua yaitu kayu didapatkan hasil   = 357,9045165 kg/m3. Pada bahan uji ketiga yaitu kentang didapatkan hasil   = 406,979172 kg/m3. Pada bahan uji keempat yaitu mangga didapatkan hasil   =  528,2914716 kg/m3. Pada bahan uji kelima yaitu besi didapatkan hasil   = 2375,829 kg/m3. Pada bahan uji keenam yaitu telur didapatkan hasil   = 448,1238338 kg/m3.
Setelah diketahui massa jenis benda kemudian dicari gaya apung dengan menggunakan rumus FA = air x g x vtotal , dengan air = 1000 kg/m3 dan g = 9,81 m/s2. Pada bahan uji yang pertama yaitu gabus didapatkan hasil FA= 0,789059894 N. Pada bahan uji yang kedua yaitu kayu didapatkan hasil FA= 3,550769525 N. Pada bahan uji yang ketiga yaitu kentang didapatkan hasil FA= 1,97263404 N. Pada bahan uji yang keempat yaitu mangga didapatkan hasil FA= 5,917949208 N. Pada bahan uji yang kelima yaitu besi didapatkan hasil FA= 0,78959894 N. Pada bahan uji yang keenam yaitu telur didapatkan hasil FA= 1,578119789 N.
Berikutnya dicari berat benda dengan menggunakan rumus w = mbenda x g. Pada bahan uji yang pertama yaitu gabus didapatkan hasil w = 0,03363849 N. Pada bahan uji yang kedua yaitu kayu didapatkan hasil w = 1,27083645 N. Pada bahan uji yang ketiga yaitu kentang didapatkan hasil w = 0,80282097 N. Pada bahan uji yang keempat yaitu mangga didapatkan hasil w = 3,12639795 N. Pada bahan uji yang kelima yaitu besi didapatkan hasil w = 1,87467138 N. Pada bahan uji yang keenam yaitu telur didapatkan hasil w = 0,70719309 N.
Selanjutnya menghitung kerapatan relative dengan menggunakan rumus KR=  = . Pada bahan uji yang pertama yaitu gabus didapatkan hasil KR= 0,042631098. Pada bahan uji yang kedua yaitu kayu didapatkan hasil KR= 0,357904516. Pada bahan uji yang ketiga yaitu kentang didapatkan hasil KR= 0,406979172. Pada bahan uji yang keempat yaitu mangga didapatkan hasil KR= 0,528290771. Pada bahan uji yang kelima yaitu besi didapatkan hasil KR= 2,37420763. Pada bahan uji yang keenam yaitu telur didapatkan hasil KR= 0,448123833.
Kemudian dihitung berat yang ditambahkan  dengan menggunakan rumus BJ =   benda x g. Pada bahan uji yang pertama yaitu gabus didapatkan hasil BJ = 418,2110753 kg. Pada bahan uji yang kedua yaitu kayu didapatkan hasil BJ = 3511043307 kg. Pada bahan uji yang ketiga yaitu kentang didapatkan hasil BJ = 3992,465686 kg. Pada bahan uji yang keempat yaitu mangga didapatkan hasil BJ = 5182,539336 kg. Pada bahan uji yang kelima yaitu besi didapatkan hasil BJ = 23306,88249 kg. Pada bahan uji yang keenam yaitu telur didapatkan hasil BJ = 4396,09481 kg.
Berikutnya dihitung massa total dengan menggunakan rumus Mtotal = massa besi + massa benda (benda tenggelam ; massa besinya = 0). Pada bahan uji yang pertama yaitu gabus didapatkan hasil Mtotal = 0,194527 kg. Pada bahan uji yang kedua yaitu kayu didapatkan hasil Mtotal = 0,320643 kg. Pada bahan uji yang ketiga yaitu kentang didapatkan hasil Mtotal = 0,081837 kg. Pada kentang menggunakan massa besinya = 0 karena kentang tenggelam. Pada bahan uji yang keempat yaitu mangga didapatkan hasil Mtotal = 0,318695 kg. Pada mangga menggunakan massa besinya = 0 karena mangga tenggelam. Pada bahan uji yang kelima yaitu besi didapatkan hasil Mtotal = 0,191098 kg. Pada besi menggunakan massa besinya = 0 karena besi tenggelam. Pada bahan uji yang keenam yaitu telur didapatkan hasil Mtotal  = 0,072089 kg. Pada telur menggunakan massa besinya = 0 karena telur tenggelam.
Kemudian dicari jumlah dari A1 dan A2 dengan menggunakan rumus A = A1 + A2 didapatkan hasil A = 0,04021712 m2. Setelah itu mencari volume besi yang ditambahkan (benda tenggelam ; massa besinya = 0 kg) dengan menggunakan rumus v = Mtotal (A1 + A2) air + Mbesi (A1 + A2) air – vtotal x benda
                                            besi                                                      
Pada bahan uji yang pertama yaitu gabus didapatkan hasil v = 0,018938066 m3. Pada bahan uji yang kedua yaitu kayu didapatkan hasil v = 8,606789365 x 10-3 m3. Pada bahan uji yang ketiga yaitu kentang didapatkan hasil v = 1,350859616 x 10-3 m3. Pada bahan uji yang keempat yaitu mangga didapatkan hasil v = 5,260524 x 10-3 m3. Pada bahan uji yang kelima yaitu besi didapatkan hasil v = 3,154405835 x 10-3 m3. Pada bahan uji yang keenam yaitu telur didapatkan hasil v = 1,189952208 x 10-3 m3.
Setelah diketahui volume besi yang ditambahkan, kemudian dicari berat besi yang ditambahkan dengan menggunakan rumus w = BJbesi – Vbesi benda. Pada bahan uji yang pertama yaitu gabus didapatkan hasil w = 23306,86355 N. Pada bahan uji yang kedua yaitu kayu didapatkan hasil w = 23306,87388 N. Pada bahan uji yang ketiga yaitu kentang didapatkan hasil w = 23306,88114 N. Pada bahan uji yang keempat yaitu mangga didapatkan hasil w = 23306,87732 N. Pada bahan uji yang kelima yaitu besi didapatkan hasil w = 23306,87934 N. Pada bahan uji yang keenam yaitu telur didapatkan hasil w = 23306,8813 N.
Kemudian mencari volume air minimum besi untuk mengapung dengan menggunakan rumus . Pada bahan uji yang pertama yaitu gabus didapatkan hasil v = 2,375821069 m3. Pada bahan uji yang kedua yaitu kayu didapatkan hasil v = 2,375828122 m3. Pada bahan uji yang ketiga yaitu kentang didapatkan hasil v = 2,375828862 m3. Pada bahan uji yang keempat yaitu mangga didapatkan hasil v = 2,375828473 m3. Pada bahan uji yang kelima yaitu besi didapatkan hasil v = 2,375828679 m3. Pada bahan uji yang keenam yaitu telur didapatkan hasil v = 2,375821916 m3.
Kemudian mencari massa besi dengan menggunakan rumus . Pada bahan uji yang pertama yaitu gabus didapatkan hasil m = 2375,821069 kg. Pada bahan uji yang kedua yaitu kayu didapatkan hasil m = 2375,828122 kg. Pada bahan uji yang ketiga yaitu kentang didapatkan hasil m = 2375,828862 kg. Pada bahan uji yang keempat yaitu mangga didapatkan hasil m = 2375,828473 kg. Pada bahan uji yang kelima yaitu besi didapatkan hasil m = 2375,828679 kg. Pada bahan uji yang keenam yaitu telur didapatkan hasil m = 2375,821916 kg.

4.4 Analisa DHP Densitas
Pada praktikum yang kedua yaitu menentukan densitas dari beberapa fluida menggunakan timbangan digital, gelas ukur. Sedangkan fluida yang akan diukur adalah susu, minyak, dan air. Sebelum melakukan praktikum densitas pertama gelas ukur kosong ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dan berat gelas ukur untuk minyak = 0,063242 kg, susu = 0,063571, air = 0,063591. Setelah itu ditimbang masing-masing fluida sebanyak 0,00005 ml dan dimasukkan ke dalam gelas ukur. Kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Berat fluida dan gelas ukur untuk air = 0,112970 kg, susu = 0,115621 kg, dan minyak = 0,108141 kg. Kemudian diukur suhu pada masing-masing fluida dengan menggunakan thermometer selama 3 menit diperoleh hasil pada susu = 29,8oC, air = 28,3oC, minyak = 29oC. Kemudian dihitung kerapatan massa fluida dengan menggunakan rumus . Pada fluida air didapatkan hasil  = 987,58 kg/m3, sedangkan susu  = 1041 kg/m3, dan untuk minyak  = 897,98 kg/m3.

4.5 Analisa Hasil Perhitungan Densitas
Pada praktikum densitas untuk menghitung berat fluida digunakan rumus berat fluida = (berat fluida + gelas ukur) – (berat gelas ukur). Kemudian didapatkan berat air = 0,049379 kg, untuk berat susu = 0,05205 kg, dan berat minyak = 0,044899 kg. Kemudian dicari kerapatan massa fluida . Pada fluida air didapatkan hasil  = 987,58 kg/m3, sedangkan susu  = 1041 kg/m3, dan untuk minyak  = 897,98 kg/m3.

4.6 Pembahasan
4.6.1 Hubungan massa dengan bouyancy
Berdasarkan hasil praktikum dan hasil perhitungan semakin besar massa suatu benda maka semakin besar pula bouyancynya. Sebagaimana benda-benda yang lebih ringan dari zat cair, maka benda akan terapung pada zat cair itu dan bila benda itu lebih berat dari zat cair, maka benda akan tenggelam dalam zat cair tersebut. Selanjutnya apabila sebuah benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair, maka akan mengalami gaya ke atas yang sama besarnya dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut. Pernyataan ini dikenal dengan hukum Archimedes. Dari hukum Archimedes di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya gaya ke atas yang dialami oleh sebuah benda di dalam fluida sama besarnya dengan berat fluida yang dipindahkan. Oleh karena berat fluida berbanding lurus dengan massa jenis fluida, maka besarnya gaya ke atas yang dialami oleh benda juga sangat tergantung pada jenis fluida yang digunakan (Nurlaili, 2012) .

4.6.2 Urutkan nilai bouyancy dari tinggi ke rendah
Urutan nilai bouyancy setiap benda berdasarkan perhitungan. Bouyancy dari yang tertinggi ke rendah yaitu : mangga dengan FA sebesar = 5,917949208 N, kayu dengan FA sebesar = 3,550769525 N, kentang dengan FA sebesar = 1,97263404 N, telur dengan FA sebesar = 1,578119789 N, besi dengan FA sebesar 0,78959894 N, dan gabus dengan FA = 0,789059894 N.

4.6.3 Faktor yang mempengaruhi bouyancy saat praktikum
Berdasarkan pada hasil praktikum hal-hal yang dapat mempengaruhi bouyancy adalah berat benda di dalam fluida dan berat benda di udara. Seperti mangga yang memiliki nilai bouyancy tertinggi, mangga memiliki massa terbesar dibandingkan benda yang lain yaitu 0,35330 kg, selain itu saat di dalam fluida berat benda (W) pada mangga juga memiliki nilai terbesar yaitu 3,46587 N. Berikutnya faktor human error, faktor ini sering terjadi karena pada saat penentuan H1 dan H2 pengukuran menggunakan penggaris sehingga hasil perhitungannya kurang akurat.

4.6.4 Hubungan massa, volume, suhu, densitas
Berdasarkan hasil praktikum dan hasil perhitungan semakin besar berat fluida, dan semakin rendah suhu maka densitasnya pun juga semakin besar. Nilai massa jenis suatu zat dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi temperatur, kerapatan suatu zat semakin rendah karena molekul molekul yang saling berikatan akan terlepas. Kenaikan temperatur menyebabkan volume suatu zat bertambah, sehingga massa jenis dan volume suatu zat memiliki hubungan yang berbanding terbalik (Warsito, 2013).

4.6.5 Urutkan nilai densitas tertinggi dan terendah serta jelaskan bahannya
Berikut ini adalah urutan densitas dari tertinggi hingga terendah berdasarkan perhitungan : susu dengan  = 1041 kg/m3. Dengan suhu 29,8oC, dan berat fluida sebesar = 0,05205 kg. Air dengan  = 987,58 kg/m3. Dengan suhu 28,3oC, dan berat fluida sebesar = 0,049379 kg. Minyak  dengan  = 897,98 kg/m3. Dengan suhu 29oC, dan berat fluida sebesar = 0,044899 kg.

4.6.6 Faktor yang mempengaruhi densitas
Faktor yang mempengaruhi nilai densitas pada praktikum kali ini adalah pengukuran suhu yang kurang tepat. Karena saat pengukuran suhu, thermometer sering tersentuh dinding gelas ukur. Hal ini dapat mempengaruhi suhu yang dihasilkan.

4.6.7 Perbandingan literature dan kesalahan-kesalahan dalam praktikum bouyancy     dan densitas
Berdasarkan hasil praktikum dan hasil perhitungan semakin besar massa suatu benda maka semakin besar pula bouyancynya. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa besarnya gaya ke atas yang dialami oleh sebuah benda di dalam fluida sama besarnya dengan berat fluida yang dipindahkan. Oleh karena berat fluida berbanding lurus dengan massa jenis fluida, maka besarnya gaya ke atas yang dialami oleh benda juga sangat tergantung pada jenis fluida yang digunakan (Nurlaili, 2012).
Berdasarkan hasil praktikum dan hasil perhitungan semakin besar berat fluida, dan semakin rendah suhu maka densitasnya pun juga semakin besar. Nilai massa jenis suatu zat dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi temperatur, kerapatan suatu zat semakin rendah karena molekul molekul yang saling berikatan akan terlepas. Kenaikan temperatur menyebabkan volume suatu zat bertambah, sehingga massa jenis dan volume suatu zat memiliki hubungan yang berbanding terbalik (Warsito, 2013).
























BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Bouyancy (keterapungan) adalah gaya tekan keatas dari fluida terhadap suatu benda yang sebagian atau seluruhnya dicelupkan di dalam fluida. Selain itu fenomena yang umum: sebuah benda yang dicelupkan ke dalam air nampak memiliki berat yang lebih ringan daripada saat berada di udara. Densitas adalah massa fluida per satuan volume. Kerapatan sebuah fluida, dilambangkan dengan huruf yunani  (rho). Kerapatan biasanya digunakan untuk mengkarakteristikan massa sebuah system fluida. Tujuan dari praktikum ini yaitu Mempelajari prinsip tekanan keatas fluida terhadap benda terapung. Mampu untuk menentukan kerapatan (density) dari bermacam fluida. Hasil dari praktikum ini yaitu mangga dengan FA sebesar = 5,917949208 N memiliki bouyancy yang lebih besar dibandingkan dengan benda yang lainnya dan gabus memiliki buoyancy tersendah dengan FA = 0,789059894 N. Sedangkan susu dengan  = 1041 kgm3 memiliki densitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan fluida yang lainnya dan minyak memiliki densitas terendah sebesar 897,98 kg/m3.

5.2 Saran
Berjalannya praktikum sudah lumayan lancar, tetapi tempat pelaksanaan praktikum kurang luas. Selain itu karena pada praktikum dibagi 2 kelompok untuk melakukan masing-masing percobaan, sehingga menyebabkan praktikan kurang memahami percobaan yang tidak dia kerjakan.










DAFTAR PUSTAKA


Latifah, Nur Laela. 2010. Fisika Bangunan 1. Jakarta : Erlangga
Munson, Bruce R. 2010. Mekanika Fluida Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Nurlaili. 2012. Mengukur Massa Jenis Air dan Minyak Tanah dengan Menggunakan Hukum Archimedes. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. 2 (1):1-6






DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Warsito. 2013. Analisa Pengaruh Massa Jenis terhadap Kualitas Minyak Goreng Kelapa Sawit Menggunakan Alat Ukur Massa Jenis dan akuisisinya pada komputer. Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA. 2 (1): 1-7























No comments:

Post a Comment