BAB III
ANALISIS
KUALITATIF KARBOHIDRAT
TUJUAN :
- Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat
- Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode
A. Pre-lab
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh
masing-masing 3 ?
a. Monosakarida
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas
6 rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada
rantai atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH).
Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer
dekstro (D). Contohnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Monosakarida
yang mempunyai lima atom karbon disebut pentosa, seperti ribosa dan arabinosa
(Fessenden, 2006).
b.Oligosakarida
Oligosakarida adalah polimer dari 2-10 monosakarida dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida dapat diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim tertentu . Jenis-jenis Oligosakarida dibedakan pada jumlah polimer dan jenis monosakarida yang menjadi penyusunnya. Yang termasuk jenis Oligosakarida adalah disakarida dan triosa. Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari dua polimer monosakarida yang terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi dan dapat dipisahkan kembali menjadi monosakarida penyusunnya melalui reaksi hidrolisis. Contohnya Sukrosa, laktosa dan maltosa. Triosa adalah karbohidrat yang tersusun dari tiga polimer monosakarida. Contohnya maltotriosa dan rafinosa. Sedangkan dekstrin, maltoheksa, ajukosa adalah jenis oligosakarida yang mempunyai polimer monosakarida diatas lima (Volek, 2012).
c. Polisakarida
Polisakarida adalah golongan karbohidrat
kompleks yang merupakan polimer dari molekul-molekul monosakarida yang sangat
banyak yang membentuk rantai panjang lurus atau bercabang dan dapat
dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana seperti oligosakarida.
Contohnya adalah pati, glikogen, selulosa, hemiselulosa, lignin dan pektin (Fessenden,
2006).
|
2. Bagaimana prinsip analisis karbohidrat
menggunakan uji Molisch?
Uji Molish dengan prinsip karbohidrat direaksikan dengan a-naftol dalam
alkohol kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat melalui dinding
tabung, uji positif apabila terbentuk cincin ungu (Volek, 2012).
|
3. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara
larutan yodium dengan sampel?
Karbohidrat golongan
polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodin dan memberikan warna
spesifik bergantung pada jenis karbohidratnya. Amilosa dengan iodin akan
berwarna biru. Amilopektin dengan iodin akan berwarna merah violet. Glikogen
maupun dekstrin dengan iodin akan berwarna merah coklat (Manruw, 2010).
|
4.Apa fungsi dari
uji benedict dan sampel
apa saja yang bereaksi positif terhadap reagen benedict?
Uji
benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi
meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida, seperti laktosa
dan maltosa. Jadi yang dapat bereaksi positif adalah sampel yang memiliki
gula pereduksi seperti monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa
dan maltosa. Uji positifnya terbentuk warna kuning, hijau, atau merah
(Manruw, 2010).
|
5.Jelaskan prinsip dari uji barfoed!
Uji Barfoed memiliki prinsip berupa mekanisme Cu2+ dari
pereaksi barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula
reduksi monosakarida dari pada disakarida (biru) dan menghasilkan Cu2O
(kupro oksida) berwarna merah bata (Manruw, 2010).
|
B. Tinjauan Pustaka
1. Reagen Molisch
Reagen molisch terdiri dari a-naftol 5%
dan ethanol 95%. Dapat menimbulkan iritasi mata dan kulit, menyebabkan gangguan
pernafasan. Cairan ini juga mudah terbakar. Termasuk produk yang stabil dan
dapat beraksi dengan panas, nyala api dan asam klorida (Winarno, 2006).
2. H2SO4
Merupakan reagen untuk analisa. Merupakan
produk yang stabil dimana terdiri dari asam sulfat 95%. Produk ini dapat
menyebabkan iritasi mata, iritasi kulit, gangguan indera pengecap dan gangguan
pernafasan. Produk ini dapat mengalami peruraian bila kena panas,mengeluarkan
gas SO2. Asam encer bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen yang
eksplosif jika kena api atau panas dan bereaksi hebat jika kena air (Winarno,
2006).
3. Larutan Yodium
Larutan yodium adalah produk yang stabil dimana terdiri dari iodium
100%. Produk ini dapat menyebabkan
iritasi pada hidung dan tenggorokan serta
mengganngu paru-paru. Hindari produk ini dari pencemaran dengan
mengaktifkan kembali zat atau bahan-bahan dan jangan mencampur dengan bahan
alkali (Pranata. 2007).
4. Reagen Barfoed
Reagen Barfoed terdiri dari tembaga(II)
asetat 6%, asam asetat 1% dan air 93%. Reagen ini cukup beracun karna
keberadaan tembaga asetat. Sehingga dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit,
gangguan indera pengecap dan gangguan pernafasan. Produk ini dapat bereaksi
dengan kebanyakan logam untuk menghasilkan gas hidogen yang sangat mudah
terbakar (Pranata. 2007).
5. Reagen Benedict
Reagen benedict adalah produk yang stabil
dan dapat bereaksi cepat dengan asam namun bereaksi lambat dengan alkali.
Reagen benedict terdiri dari tembaga sulfat 4 %, natrium karbonat 10%, natrium
sitrat 17% dan air 69%. Dapat menyebabkan iritasi pada mata, gangguan indera
pengecap, iritasi saluran pencernaan yang parah dengan nyeri perut, mual,
muntah dan diare pendarahan pada saluran pencernaan serta iritasi pada saluran
pernafaan (Winarno, 2006).
6. Glukosa
(Djakani, 2013).
7. Fruktosa
(Winarno, 2006).
8. Sukrosa
(Winarno, 2006).
9. Maltosa
(Winarno, 2006).
10. Pati
(Winarno, 2006).
11. Dekstrin
(Winarno,
2006).
C. Diagram Alir
|
Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
|
|||||
Dikocok
|
||||
Diamati
|
|
Diteteskan
diatas cawan petri
Diamati
perubahan warna yang terjadi
|
|
Dimasukkan
kedalam tabung reaksi
Dipanaskan
dalam pemanas air
Diamati
|
|
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Dipanaskan di atas api bunsen
|
D. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :
1. Uji Molisch
a. Tuliskan data
hasil uji Molisch
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
Glukosa
|
+
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
Sukrosa
|
+
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
Pati
|
+
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
b.
Bahas dan bandingkan
data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji Molisch ini adalah reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat sehingga akan terbentuk cincin furfural. Cincin
furfural ini jika bereaksi dengan α-naftol akan membentuk kompleks warna ungu.
Dimana asam sulfat berfungsi sebagai pembentukan senyawa furfural dan sebagai
agen kondensasi. Uji positif dari uji ini adalah terbentuknya cincin berwarna
ungu. Uji molisch ini sendiri adalah untuk menguji kandungan karbohidrat pada
suatu sampel, jadi semua sampel yang mengandung karbohidrat hasil ujinya
positif (Almatsier,
2010).
Mekanisme dari reaksi ini adalah karbohidrat dihidrolisis menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan
mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, sementara golongan
heksosa menjadi hidroksi-multifurfural menggunakan asam organik pekat. Pereaksi Molisch yang terdiri dari α-naftol dalam alkohol
akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu. Dimana monosakarida akan bereaksi lebih cepat daripada disakarida
dan polisakarida karena pada monosakarida langsung bisa mengalami dehidrasi
dengan asam sulfat membentuk furfural, sementara pada disakarida harus diubah
dahulu menjadi monosakarida baru bisa dihidrolisis oleh asam sulfat membentuk
furfural (Volek,
2012).
Dalam melakukan uji Molisch, hal pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet ukur 1 ml, pipet tetes. Bahan yang digunakan adalah
glukosa, sukrosa, pati, asam sulfat, dan reagen Molisch. Kemudian mengambil 1
ml sampel (glukosa, sukrosa, pati) menggunakan pipet ukur dan masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 2 tetes reagen Molisch
menggunakan pipet tetes dan dikocok. Lalu, ditambahkan 1 ml asam sulfat
menggunakan pipet ukur. Penambahan asam sulfat dilakukan di dalam lemari asam
dan praktikan harus memakai masker dan sarung tangan karena asam sulfat dapat menyebabkan
iritasi mata, iritasi kulit, gangguan indera pengecap dan gangguan pernafasan.
Setelah itu diamati hasilnya dan dicatat pada DHP.
Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa ketiga sampel yaitu glukosa, sukrosa dan pati bereaksi positif
terhadap uji Molisch ini. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa sukrosa, glukosa dan pati merupakan suatu karbohidrat sehingga dapat
bereaksi positif pada uji Molisch (Almatsier, 2010). Kemudian dapat dilihat
hasilnya, pada semua sampel yaitu glukosa, sukrosa dan pati bereaksi positif
dengan ditandai terbentuknya warna ungu. Semakin pekat warna ungu maka semakin
pendek rantai karbonnya. Dari data hasil tersebut warna ungu pada glukosa lebih
pekat daripada sukrosa dan pati ini berarti rantai karbon pada glukosa lebih
pendek dari sukrosa dan pati. Warna ungu yang terbentuk pada sukrosa lebih
pekat dari warna ungu yang terbentuk pada pati dan lebih pudar dari warna ungu
yang terbentuk pada glukosa, jadi atom karbon yang ada pada sukrosa lebih
pendek dari atom karbon yang ada pada pati dan lebih panjang dari atom karbon
yang terdapat pada glukosa. Warna ungu yang terbentuk pada sampel pati tidak
terlalu pekat dibanding sukrosa dan glukosa, jadi atom karbon yang ada pada
pati lebih panjang daripada atom karbon yang ada pada sukrosa dan glukosa.
Warna ungu yang terbentuk pada ketiga sampel tersebut disebabkan oleh reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat (H2SO4). H2SO4 pekat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada
sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan
reagent Molisch, α-naphthol membentuk cincin yang berwarna ungu (Volek, 2012).
Reaksi yang terjadi pada uji Molisch adalah (Volek, 2012):
2.
Uji Yodium
a. Tuliskan data hasil
uji Yodium!
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
Dekstrin
|
+
|
Berwarna biru
|
Maltosa
|
-
|
Berwarna coklat
|
Glukosa
|
-
|
Berwarna coklat
|
Pati
|
+
|
Berwarna biru
|
b. Bahas dan bandingkan data-data
hasil uji Yodium dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Uji yodium ini adalah untuk menguji identifikasi adanya
polisakarida pada suatu sampel. Prinsip dari uji yodium ini adalah larutan
yodium dalam bentuk triiodida akan masuk dan terperangkap pada struktur helikal
polisakarida sehingga akan terbentuk warna biru pekat. Warna biru pekat tersebut
merupakan suatu warna kompleks yang dihasilkan karena yodium punya amilosa dan
warna kompleks yang dihasilkan bergantung pada struktur polisakarida dan umur
yodium. Semakin lama umur yodium maka warna yang dihasilkan semakin pudar. Pati dengan yodium mengahasilkan warna biru, dekstrin
menghasilkan warna ungu, sedangkan
monosakarida dan disakarida tidak berwarna (Murray, 2009).
Mekanisme yang terjadi pada uji iodin ini adalah TI akan
membentuk kompleks triiodida dalam air yang kemudian masuk kedalam helikal polisakarida
dan membentuk warna biru pekat (Almatsier, 2010).
Dalam praktikum uji Yodium, hal pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu pipet tetes dan cawan
petri. Bahan yang digunakan yaitu larutan Yodium, dekstrin, sukrosa, glukosa,
dan pati. Setelah alat dan bahan disiapkan selanjutnya mengambil 1 tetes sampel
(dekstrin, sukrosa, glukosa, pati) menggunakan pipet tetes dan diteteskan di atas
cawan petri. Lalu, ditambahkan 1 tetes larutan yodium menggunakan pipet tetes
dan diteteskan di atas masing-masing sampel. Kemudian diamati perubahan warna
yang terjadi dan dicatat pada DHP.
Dari data hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil uji dekstrin dan pati adalah positif, sementara hasil uji glukosa dan
maltosa adalah negatif. Dalam
literatur menyebutkan bahwa Dekstrin yang diuji secara kualitatif dengan uji yodium sehingga dihasilkan warna merah kecoklatan,
sedangkan pati dengan uji iodin
menghasilkan warna biru, pada maltosa dan glukosa dengan penambahan yodium memberikan warna kecoklatan (Pranata, 2007).
Sehingga percobaan yang dilakukan sudah sesuai dengan literatur.
Reaksi yang terjadi pada uji Yodium yaitu (Volek, 2012):
H2O2(aq) + 3 I- (aq) + 2 H+ → I3- + 2 H2O
I3- (aq) + 2 S2O32- (aq) → 3 I-(aq) + S4O62- (aq)
3. Uji Barfoed
a. Tuliskan data
hasil Barfoed test!
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
Glukosa
Laktosa
|
+
|
Endapan merah bata
|
Fruktosa
|
+
|
Endapan merah bata
|
Maltosa
|
+
|
Sedikit endaan merah bata
|
Sukrosa
|
-
|
Berwarna biru
|
b. Bahas
dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed
dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Uji barfoed adalah
uji untuk mengetahui memisahkan antara monosakarida dan disakarida pereduksi
dalam suasana asam. Prinsip dari uji Barfoed ini adalah adanya gula pereduksi pada sampel akan
mereduksi reagen Barfoed sehingga menghasilkan endapan berwarna merah bata (Murray,
2009)..
Mekanisme dari uji
barfoed ini adalah Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi
lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan
Cu2O (Kupro Oksida) berwarna merah bata. Sedangkan dehidrasi fruktosa
oleh HCL pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol
akan megalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah. Reaksi pada monosakarida lebih cepat daripada
senyawa disakarida karena pada senyawa disakarida harus diubah menjadi
monosakarida (Wiratmaja, 2011).
Dalam melakukan uji Barfoed, hal pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet ukur 1 ml, pipet tetes, beaker glass 250 ml dan pemanas
air. Bahan yang digunakan adalah glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa dan reagen
Barfoed. Setelah alat dan bahan disiapkan, selanjutnya mengambil 5 tetes sampel
(glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa) menggunakan pipet tetes dan masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 ml reagen Barfoed menggunakan
pipet ukur. Lalu, dipanaskan dalam pemanas air dengan cara meletakkan tabung
reaksi kedalam beaker glass berisi air panas. Setelah itu diamati hasilnya dan
dicatat pada DHP.
Dari data hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa glukosa,
fruktosa dan maltosa bereaksi positif yang ditandai dengan adanya endapan merah bata setelah dipanaskan.
Sedangkan pada sukrosa bereaksi negatif karena sukrosa tersusun atas glukosa
dan fruktosa yang berikatan sehingga tidak lagi terdapat gugus aldehid atau
keton yang bermutasi menjadi rantai terbuka serta tidak juga memiliki gugus
pereduksi (Amatsier, 2010). Dalam literatur menyatakan bahwa
monosakarida pereduksi lebih optimal daripada disakarida pereduksi, biasanya
jika direkasikan dengan reagen Barfoed membentuk endapan kuprooksida merah
kecoklatan atau merah bata (Volek,
2012). Sehingga pada
percobaan dengan sampel glukosa, fruktosa dan maltosa sudah sesuai dengan
literatur.
Reaksi yang terjadi pada uji Barfoed adalah (Murray, 2009):
4. Uji Benedict
a.
Tuliskan data hasil Benedict test!
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
Glukosa
|
+
|
Berwarna merah bata
|
Sukrosa
|
-
|
Berwarna biru
|
Fruktosa
|
+
|
Berwarna merah bata
|
b.
Bahas dan bandingkan data-data hasil uji
Benedict dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji benedict adalah larutan CuSO4
pada reagen dalam suasana alkali akan direaksikan dengan gula pereduksi pada
sampel sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O berwarna merah bata. Tujuan dari Uji Benedict adalah untuk
mengidentifikasi gula pereduksi. Gugus pereduksi ini
berupa aldehid dan keton (Almatsier, 2010).
Mekanisme dari uji
benedict ini adalah reagen benedict yang tersusun atas tembaga sulfat dan
larutan natrium karbobat dan natrium sitrat, mula-mula glukosa dioksidasi
menjadi garam asam glukoranat yang kemudian mampu mereduksi CuO menjadi Cu2O
menjadi merah bata (Winarno, 2006).
Dalam praktikum uji Benedict hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan
alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet ukur 1 ml, pipet tetes, beaker glass 250 ml dan Bunsen. Bahan
yang digunakan adalah glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa dan reagen Benedict.
Setelah alat dan bahan disiapkan, selanjutnya mengambil 2 tetes sampel
(glukosa, fruktosa, sukrosa) menggunakan pipet tetes dan masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 ml reagen Benedict menggunakan
pipet ukur. Lalu, masing-masing tabung reaksi dipanaskan di atas api Bunsen
secara bergantian menggunakan penjepit kayu. Setelah itu diamati hasilnya dan
dicatat pada DHP.
Dari data hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa glukosa dan fruktosa bereaksi positif terhadap uji ini yang ditandai
dengan terbentuknya warna merah bata setelah dipanaskan. Sedanglkan sampel
sukrosa bereaksi negative karena tidak terjadi perubahan warna menjadi merah
bata. Dalam literatur glukosa dan fruktosa memiliki gugus pereduksi bebas
sehingga dapat bereaksi positif dalam uji benedict, sedangkan sukrosa tidak
memiliki gugus pereduksi bebas karena sukrosa terdiri dari glukosa dan fruktosa
yang berikatan sehingga tidak lagi memiliki gugus pereduksi bebas yang
bermutarotasi menjadirantai terbuka (Murray, 2009). Fruktosa merupakan gugus
keton, sedangkan glukosa merupakan gugus aldehid. Gugus keton akan lebih mudah
bereaksi daripada gugus aldehid karena gugus keton langsung bisa didehidrasi
menjadi furfural. Sedangkan aldehid harus diubah menjadi keton dulu baru
kemudian didehidrasi menjadi furfural. Jadi fruktosa lebih cepat bereaksi
daripada glukosa (Pranata, 2007).
Reaksi yang terjadi pada uji Benedict adalah (Murray, 2009):
PERTANYAAN
1. Bagaimana
membedakan monosakarida dan disakarida dengan menggunakan Barfoed test?
Jawab :
Untuk membedakan monosakarida dengan disakarida menggunakan uji Barfoed
yaitu sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak lima tetes, kemudian
ditambahkan 1 ml reagen barfoed. Selanjutnya dipanaskan dengan cara difiksasi
dan diamati perubahannya. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan
merah bata. Dalam suasana asam, golongan disakarida bereaksi lambat sedangkan
golongan monosakarida bereaksi cepat. Sifat pereduksinya dapat diketahui dari
adanya gugus OH bebas yang reaktif. Ini dikarenakan pada monosakrida strukturnya
lebih sederhana dari pada disakarida (Murray, 2009).
2. Bagaimana mengidentifikasi
gula pereduksi sampel pada uji Benedict?
Jawab:
Untuk mengidentifikasi gula pereduksi pada uji benedict yaitu sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak dua tetes, kemudian ditambah reagen
benedict sebanyak 1 ml kemudian dibakar diatas bunsen dan diamati perubahannya.
Hasil uji positif ditandai dengan adanya perubahan warna setelah pemanasan
menjadi merah bata. Dengan sampel yang hasil ujinya positif berarti didalam
sampel tersebut terdapat gugus pereduksi karena warna merah bata adalah hasil
dar reaksi reduksi antara gula pereduksi pada sampel dengan reagen Benedict (Manruw,
2010).
KESIMPULAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui prinsip dasar uji kualitatif
karbohidrat dan mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode. Prinsip dari uji Molisch adalah reaksi
dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat sehingga akan terbentuk cincin furfural.
Cincin furfural ini jika bereaksi dengan α-naftol akan membentuk kompleks warna
ungu. Hasil uji positif ditunjukkan dengan adanya warna kompleks
ungu. Prinsip dari uji Yodium adalah larutan yodium dalam bentuk
triiodida akan masuk dan terperangkap pada struktur helikal polisakarida
sehingga akan terbentuk warna biru pekat sampai hitam. Prinsip dari uji Barfoed adalah adanya gula
pereduksi pada sampel akan mereduksi reagen Barfoed sehingga menghasilkan
endapan berwarna merah bata.
Monosakarida akan bereaksi lebih cepat dibandingkan disakarida. Pada hasil
percobaan ditunjukkan dengan reaksi yang berhasil yang ditunjukkan dengan
adanya endapan merah bata
setelah dipanaskan. Prinsip dari uji Benedict larutan CuSO4 pada reagen dalam
suasana alkali akan direaksikan dengan gula pereduksi pada sampel sehingga CuO
tereduksi menjadi Cu2O berwarna merah bata.
Dari data hasil percobaan yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa
dengan uji Molisch semua sampel yaitu glukosa, sukrosa dan fruktosa positif,
artinya ketiga sampel tersebut mengandung karbohidrat. Pada uji Yodium,
dekstrin dan pati positif, sedangkan maltosa dan glukosa negatif. Artinya
dekstrin dan pati termasuk karbohidrat jenis polisakarida, sedangkan maltosa
dan glukosa tidak termasuk polisakarida. Pada uji Barfoed, glukosa, fruktosa
dan maltosa bereaksi positif karena memiliki gula pereduksi bebas, sedangkan
sukrosa bereaksi negative karena tidak memiliki gula pereduksi bebas. Pada uji
Benedict, glukosa dan fruktoda bereaksi positif. Sedangkan sukrosa bereaksi
negative. Glukosa dan fruktosa bereaksi positif karena memiliki gugus pereduksi
bebas, sedangkan sukrosa bereaksi negative karena tidak memiliki gugus
pereduksi bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Djakani, H, dkk.
2013. “Gambaran Kadar Gula Darah Puasa pada Laki-Laki Usia 40-58”. Jurnal e-Biomedik.
Vol 1 (1) 71-75
Fessenden. 2006.
Organic Chemistry. California:
Wadsworth Inc
Manruw. 2010. Pengantar Biokimia. Jakarta: UI Press
Pranata, C.F.
2007. Kimia Dasar 2. Malang: UM Press
Volek, Jeff S.
2012. The Art and Science of Low Carbohydrate Living. New York: New York University Press
Winarno, F.O.
2006. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Almatsier, S.
2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pusat Utama
Murray, R. K.
2009. Biokimia Harpen. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran
Wiratmaja, dkk.
2007. “Pembuatan Etanol Generasi Kedua dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma cattonii sebagai Bahan Baku”. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol 5 (1) 75-78
No comments:
Post a Comment