Pages

Sunday, June 12, 2016

Bab II: Identifikasi Aldehid dan Keton



BAB II
IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

TUJUAN        :
  • Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling
  • Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling

A. Pre-lab

1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton!
Perbedaan antara aldehid dan keton adalah penempatan gugus karbonil dalam molekul. Aldehid merupakan senyawa organik di mana gugus karbonil melekat ke atom karbon di ujung rantai karbon. Sedangkan keton merupakan senyawa organik di mana gugus karbonil terikat pada atom karbon dalam rantai karbon. (Naid, 2006).

2. Jelaskan prinsip uji Tollens !
Pada dasarnya uji Tollens digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagen Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens (Hannaford, 2009).

3. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling?
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata, Berfungsi sebagai oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehid (Wilcox, 2007).

 




B. Tinjauan Pustaka
3.1 Pengertian Aldehid
Aldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat lebih reaktif daripada alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, dapat mengalami reaksi oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi polimerisasi. Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada suhu kamar dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap, senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna. Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana R  adalah alkil dan –CHO adalah  gugus fungsi aldehida (Rasyid, 2009).
3.2 Pengertian Keton
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Keton ini bersifat polar karena gugus karbonilnya polar dan keton lebih mudah menguap daripada alkohol dan asam karboksilat. Karakteristik dari keton ini adalah berupa cairan tak berwarna, umumnya larut dalam air, mempunyai titik didih yang relatif lebih tinggi daripada senyawa non polar dan dapat direduksi oleh gas H2 menghasilkan alkohol sekundernya. Struktur dari keton yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CO-R’, dimana R adalah alkil dan -CO-  adalah gugus fungsi keton (karbonil) (Respati, 2009).
3.4 Tinjauan bahan
Aseton
Aseton adalah senyawa keton yang paling sederhana, berwujud cair pada suhu kamar dan berbau harum, mudah menguap, mudah terbakar dan mudah larut dalam pelarut polar (Hannaford, 2009).
   Glukosa
Glukosa mengandung unsure karbon dan termasuk aldehid. Glukosa tidak berwarna, berbentuk serbuk butiran putih, tidak berbau dan rasanya manis (Sitorus, 2010).
Fruktosa
Merupakan isomer dari gula monosakarida yang merupakan salah satu dari gula darah, warnanya putih dan berbentuk kristal padat serta rasanya manis (Hannaford, 2009).




Formalin
Formalin adalah senyawa paling sederhana dalam aldehid. Larutan yang tidak berwarna dan baunya menusuk biasanya digunakan untuk pengawetan dalam jangka lama. Formalin juga larut dalam air dan etanol (Sitorus, 2010).
Tollens (AgNO3)
Senyawa ini berbentuk serbuk hablur transparan / putih, tidak berbau, gelap jika terkena cahaya. Merupakan senyawa beracun, berbahaya, menyebabkan luka pada jaringan tubuh, oksidator kuat dan dapat menyebabkan kebakaran (Rasyid, 2009).
NH4OH
Senyawa ini berbau tajam, kelarutan sangat besar, larut dalam air, alkohol dan eter ((Respati, 2009).
 NaOH
Bentuk batang, butiran hablur putih / keping keras rapuh dan menunjukkan   susunan hablur putih, mudah meleleh, larut dalam air dan etanol (Rasyid, 2009).
Fehling A
Bentuk kristal, berwarna biru, berbau dan merupakan larutan CuSO4  (Astuty, 2006).
Fehling B
Merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartat. Berbentuk kristal, tidak berwarna atau putih  (Astuty, 2006).
Aquades
Merupakan air hasil destilasi yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH netral sehingga tidak menimbulkan efek samping (Sitorus, 2010).

 












C. Diagram Alir
a. Uji Tollens


 



Beberapa tetes NH4OH
 
Dimasukkan kedalam tabung reaksi  


 
1 ml sampel
 
Ditunggu sampai endapan hilang


 
Dipanaskan ± 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi



Hasil
 
 



5 tetes Fehling A
 
b. Uji Fehling
      


 


5 tetes NaOH
 
Dimasukkan kedalam tabung reaksi









 





Dipanaskan ± 2 menit di dalam waterbath

Diamati perubahan yang terjadi


Hasil
 
 









E.     Hasil Percobaan dan Pengamatan
1.      Uji Tollens
No
Nama Sampel
Reagen tollens + NH4OH
Sampel + Reagen Tollens (tanpa pemanasan)
Sampel + Reagen Tollens (setelah pemanasan)
Hasil Uji (+)(-)
1
Aseton
Bening
Bening
Bening
-
2
Fruktosa
Bening
Bening
Endapan cermin perak
+
3
Glukosa
Bening
Bening
Endapan cermin perak
+
4
Sukrosa
Bening
Bening
Coklat kehitaman
-
5
Formaldehid
Bening
Endapan cermin perak
Endapan cermin perak
+

2.      Uji Fehling
No
Nama Sampel
Reagen Fehling + NH4OH
Sampel + Reagen Fehling (tanpa pemanasan)
Sampel + Reagen Fehling (setelah Pemanasan
Hasil Uji (+)(-)
1
Aseton
Biru tua terdapat 2 lapisan
Atas bening bawah biru
Atas bening bawah biru tua
-
2
Glukosa
Biru tua terdapat 2 lapisan
Atas bening tengah hijau bawah biru
Merah bata
+
3
Fruktosa
Biru tua terdapat 2 lapisan
Atas kuning kehijauan tengah biru bawah bening
Merah bata
+
4
Sukrosa
Biru tua terdapat 2 lapisan
Biru tua
Biru tua
-
5
Formaldehid
Biru tua terdapat 2 lapisan
Biru tua
Merah bata
+


F.      PEMBAHASAN
1.      Uji Tollens
a.       Prinsip Uji Tollens
Prinsip dari uji Tollens yaitu untuk membedakkan senyawa aldehid dan keton. Uji Tollens adalah salah satu cara dimana ion kompleks perak ammonia mudah direduksi oleh aldehid menjadi logam perak. Terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi yang menunjukan bahwa adanya gugus karbonil dalam pereaksi Tollens dan merupakkan hasil positif dari uji Tollens. Reaksi dengan pereaksi tollens mengubah ikatan C-H menjadi ikatan C-O. Aldehida dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama. Karena keton tidak mempunyai hydrogen yang menempel pada atom karbonil, keton tidak dapat dioksidasi menggunakan pereaksi Tollens. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton, selanjutmya keton tidak dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens (James, 2008).

b.      Analisa Prosedur
Dalam praktikum identifikasi gugus fungsi aldehid dan keton pada saat uji Tollens hal pertama yang harus disiapkan yaitu menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu : pipet tetes, tabung reaksi, pipet ukur, bulb, rak tabung reaksi, stopwatch, penjepit tabung reaksi, bunsen, korek api dan kertas. Pipet tetes berfungsi untuk mengambil NH4OH 6M. Kemudian tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan antara reagen dan sampel. Pipet ukur digunakan untuk mengambil sampel yang akan di uji. Bulb digunakan untuk menghisap larutan dengan bantuan pipet. Rak tabung reaksi digunakan untuk menempatkan tabung reaksi. Stopwatch digunakan untuk menghitung lama saat pemanasan. Penjepit tabung reaksi digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat proses pemanansan. Bunsen digunakan untuk memanaskan tabung reaksi. Korek api digunakan untuk menyalakan Bunsen. Kertas digunakan untuk memberi label pada tiap-tiap tabung reaksi. Bahan yang digunakan pada uji tollens yaitu menggunakan larutan AgNO3 5%, NH4OH 6M, aquades, Formaldehid, Glukosa, Aseton, Fruktosa, Sukrosa. AgNO3 atau reagen Tollens digunakan agar sampel dapat bereaksi dengan uji Tollens membentuk cermin perak. NH4OH digunakan untuk mencegah pengendapan pada ion perak serta membentuk suasana basa. Aquades digunakan untuk membersihkan alat praktikum. Sukrosa, Formaldehid, Glukosa, selanjutnya memberi label pada tiap-tiap tabung reaksi. Kemudian dimasukkan AgNO3 sebanyak 1 mL kedalam 5 tabung reaksi dengan menggunakan pipet ukur. Selanjutnya dimasukkan NH4OH kedalam tiap-tiap tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes sampai larutan menjadi bening kembali. Penambahan NH4OH bertujuan untuk mencegah terjadinya pengendapan dalam larutan serta mengubah suasana asam menjadi basa agar sampel tidak cepat teroksidasi. Kemudian dimasukkan sampel sesuai dengan nama yang terdapat pada tabung reaksi sebanyak 1 mL menggunakan pipet ukur. Sampel berupa fruktosa, glukosa, aseton, formaldehid, dan sukrosa. Selanjutnya dinyalakan Bunsen dengan korek api. Dan tabung reaksi dijepit dengan penjepit setelah itu dipanaskan di atas api Bunsen selama 2 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah itu diamati perubahan warna yang terjadi dan dicatat pada tabel data hasil percobaan.

c.       Analisa Hasil
 Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel aseton dibutuhkan 4 tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening. Setelah diberi sampel dan reagen Tollens tanpa pemanasan tetap berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit warnanya tetap bening. Hal ini menunjukkan bahwa aseton tidak bereaksi dengan reagen Tollens (AgNO3) sehingga hasil ujinya negatif. Jadi aseton bukan merupakan aldehid tetapi contoh dari keton. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukkan bahwa aseton merupakan gugus keton dan aseton tidak bisa bereaksi dalam uji Tollens karena aseton tidak memiliki gugus OH atau H bebas (Pine, 2009).
Reaksi yang terjadi adalah :
hnnkkll.png
Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel Glukosa dibutuhkan 4 tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening. Setelah diberi sampel dan reagen Tollens tanpa pemanasan tetap berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit terdapat endapan cermin perak. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa bereaksi dengan reagen Tollens (AgNO3) sehingga hasil ujinya positif jadi glukosa merupakan aldehid. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukkan bahwa glukosa merupakan gugus aldehid dan glukosa memiliki gugus H bebas sehingga dapat bereaksi dengan AgNO3 dengan membentuk endapan cermin perak (Riawan, 2010).
Reaksi yang terjadi adalah :
indexmkl.png
Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel fruktosa dibutuhkan 4 tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening. Setelah diberi sampel dan reagen Tollens tanpa pemanasan tetap berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit terdapat endapan cermin perak. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa bereaksi dengan reagen Tollens (AgNO3) sehingga hasil ujinya positif. Walaupun fruktosa merupakan keton, namun karena fruktosa memiliki gugus OH bebas sehingga dapat bereaksi dalam uji Tollens membentuk endapan cermin perak (Winarno,2006).
Reaksi yang terjadi adalah :
indexnkkjjllk.png
Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel sukrosa dibutuhkan 4 tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening. Setelah diberi sampel dan reagen Tollens tanpa pemanasan tetap berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit warnanya berubah menjadi coklat kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa tidak bereaksi dengan reagen Tollens (AgNO3) sehingga hasil ujinya negatif. Jadi sukrosa bukan merupakan aldehid dan bukan  keton. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukkan bahwa sukrosa tidak bisa bereaksi dalam uji Tollens karena sukrosa tidak memiliki gugus OH atau H bebas (James, 2008).
Reaksi yang terjadi adalah :
indexnhl.png
Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel formaldehid dibutuhkan 4 tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening. Setelah diberi sampel dan reagen Tollens tanpa pemanasan berwarna abu-abu dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit terdapat endapan cermin perak. Hal ini menunjukkan bahwa formaldehid bereaksi dengan reagen Tollens (AgNO3) sehingga hasil ujinya positif jadi formaldehid merupakan aldehid. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukkan bahwa formaldehid merupakan gugus aldehid dan formaldehid memiliki gugus H bebas sehingga dapat bereaksi dengan AgNO3 dengan membentuk endapan cermin perak (Riawan, 2010).
Reaksi yang terjadi adalah :
index.png
2.      Uji Fehling
a.       Prinsip Uji Fehling
Prinsip dari uji Fehling ini adalah cara membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan ditambahkan reagen Fehling yaitu Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan  natrium kalium tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Dan keton tidak akan mengalami oksidasi. Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata. Dimana aldehid menunjukkan uji positif sedangkan keton tidak bereaksi (Pine, 2009).

b.      Analisa prosedur
Dalam praktikum identifikasi gugus fungsi aldehid dan keton pada saat uji Fehling hal pertama yang harus disiapkan yaitu menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu : pipet tetes, tabung reaksi, pipet ukur, bulb, rak tabung reaksi, stopwatch, penjepit tabung reaksi, bunsen, korek api dan kertas. Pipet tetes berfungsi untuk mengambil NaOH dan reagen fehling (Fehling A dan Fehling B). Kemudian tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan antara reagen dan sampel. Pipet ukur digunakan untuk mengambil sampel yang akan di uji. Bulb digunakan untuk menghisap larutan dengan bantuan pipet. Rak tabung reaksi digunakan untuk menempatkan tabung reaksi. Stopwatch digunakan untuk menghitung lama saat pemanasan. Penjepit tabung reaksi digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat proses pemanansan. Bunsen digunakan untuk memanaskan tabung reaksi. Korek api digunakan untuk menyalakan Bunsen. Kertas digunakan untuk memberi label pada tiap-tiap tabung reaksi. Bahan yang digunakan pada uji tollens yaitu menggunakan larutan Fehling A dan Fehling B, NaOH + Natrium Kalium Tartrat, NaOH, aquades, Formaldehid, Glukosa, Aseton, Fruktosa, Sukrosa. Fehling A dan Fehling B digunakan sebagai oksidator yang bereaksi dengan sampel sehingga membentuk warna merah bata. NaOH+Natrium Kalium Tartrat digunakan untuk membuat fehling B. NaOH digunakan untuk membentuk suasana basa. Aquades digunakan untuk membersihkan alat praktikum. Sukrosa, Formaldehid, Glukosa, selanjutnya memberi label pada tiap-tiap tabung reaksi. Kemudian dimasukkan Fehling A sebanyak 5 tetes kedalam 5 tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes. Selanjutnya dimasukkan NaOH sebanyak 5 tetes kedalam tiap-tiap tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes. Penambahan NaOH bertujuan untuk mengubah suasana asam menjadi basa agar sampel tidak cepat teroksidasi. Stelah itu dimasukkan 10 tetes Fehling B kedalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian dimasukkan sampel sesuai dengan nama yang terdapat pada tabung reaksi sebanyak 1 mL menggunakan pipet ukur. Sampel berupa fruktosa, glukosa, aseton, formaldehid, dan sukrosa. Selanjutnya dinyalakan Bunsen dengan korek api. Dan tabung reaksi dijepit dengan penjepit setelah itu dipanaskan di atas api Bunsen selama 2 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah itu diamati perubahan warna yang terjadi dan dicatat pada tabel data hasil percobaan.

c.       Analisa Hasil
Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel aseton setelah diberi reagen fehling + NaOH berwarna biru muda dan terdapat 2 lapisan. Setelah diberi sampel dan reagen Fehling tanpa pemanasan berwarna atas bening bawah biru dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit warnanya berubah atas bening bawah biru tua. Hal ini menunjukkan bahwa aseton tidak bereaksi dengan reagen Fehling (Fehling A dan Fehling B) sehingga hasil ujinya negatif. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukkan bahwa aseton merupakan gugus keton dan aseton tidak bisa bereaksi dalam uji Fehling karena aseton tidak memiliki gugus OH atau H bebas (Riawan, 2010).
Reaksi yang terjadi adalah :
indexmkkk.png
Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel glukosa setelah diberi reagen fehling + NaOH berwarna biru tua dan terdapat 2 lapisan. Setelah diberi sampel dan reagen Fehling tanpa pemanasan berwarna atas kuning kehijauan, tengah biru dan bawah bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit warnanya berubah menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa bereaksi dengan reagen Fehling (Fehling A dan Fehling B) sehingga hasil ujinya positif. Glukosa merupakan aldehid. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukkan bahwa glukosa merupakan gugus aldehid dan glukosa dapat bereaksi dalam uji Fehling karena glukosa memiliki gugus OH atau H bebas. Sehingga pada saat uji Fehling terbentuk endapan merah bata (Winarno, 2006).
Reaksi yang terjadi adalah :
index mknl.png
Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel Fruktosa setelah diberi reagen fehling + NaOH berwarna biru tua dan terdapat 2 lapisan. Setelah diberi sampel dan reagen Fehling tanpa pemanasan berwarna atas bening, tengah hijau, dan bawah biru dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit warnanya berubah menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa bereaksi dengan reagen Fehling (Fehling A dan Fehling B) sehingga hasil ujinya positif. Walaupun fruktosa merupakan keton, namun karena fruktosa memiliki gugus OH bebas sehingga dapat bereaksi dalam uji Fehling membentuk warna merah bata (James, 2008).
Reaksi yang terjadi adalah :
indexnkkjjllklm.png
Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel sukrosa setelah diberi reagen fehling + NaOH berwarna biru tua dan terdapat 2 lapisan. Setelah diberi sampel dan reagen Fehling tanpa pemanasan berwarna biru tua dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit warnanya tetap biru tua. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa tidak bereaksi dengan reagen Fehling (Fehling A dan Fehling B) sehingga hasil ujinya negatif. sukrosa merupakan keton dan bukan aldehid. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukkan bahwa sukrosa merupakan gugus keton dan sukrosa tidak dapat bereaksi dalam uji Fehling karena sukrosa tidak memiliki gugus OH atau H bebas. Sehingga pada saat uji Fehling tidak terbentuk endapan merah bata (Riawan, 2010).
Reaksi yang terjadi adalah :
indexmkll.png
Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa pada sampel formaldehid setelah diberi reagen fehling + NaOH berwarna biru muda. Setelah diberi sampel dan reagen Fehling tanpa pemanasan berwarna biru tua dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit warnanya berubah menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa formaldehid bereaksi dengan reagen Fehling (Fehling A dan Fehling B) sehingga hasil ujinya positif. Formaldehid merupakan aldehid. Hal ini sesuai dengan literature yang menunjukkan bahwa formaldehid merupakan gugus aldehid dan formaldehid dapat bereaksi dalam uji Fehling karena formalin memiliki gugus OH atau H bebas. Sehingga pada saat uji Fehling terbentuk endapan merah bata (Winarno, 2006).
Reaksi yang terjadi adalah :
indexhkk.png










G.    PERTANYAAN
1.      Apa fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji Tollens?
Fungsi dari penambahan AgNO3 yaitu sebagai oksidator lemah yang digunakan sebagai reagen pada uji tollens yang akan mengoksidasi aldehid dan membentuk cermin perak. Hal ini akibat dari ion Ag+ yang tereduksi menjadi Ag. Hal ini sebagai tanda bahwa sampel mempunyai gugus aldehid. Terbentuknya cermin perak menunjukkan bahwa hasil ujinya positif (James, 2008).

2.      Apa fungsi penambahan larutan NH4OH 6M dalam percobaan uji Tollens?
Fungsi dari penambahan NH4OH yaitu untuk mencegah pengendapan ion perak. Yang digunakan sebagai  oksidator AgNO3 pada suhu tinggi untuk mencegah untuk terbentuknya endapan awal dan melepas Ag. Selain itu NH4OH digunakan untuk membuat sampel menjadi basa agar tidak cepat teroksidasi (James, 2008).




















KESIMPULAN

Tujuan dari praktikum kali ini yaitu membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling serta memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling.
Prinsip dari uji Tollens yaitu untuk membedakkan senyawa aldehid dan keton. Uji Tollens adalah salah satu cara dimana ion kompleks perak ammonia mudah direduksi oleh aldehid menjadi logam perak. Terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi yang menunjukan bahwa adanya gugus karbonil dalam pereaksi Tollens dan merupakkan hasil positif dari uji Tollens. Reaksi dengan pereaksi tollens mengubah ikatan C-H menjadi ikatan C-O. Aldehida dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama. Karena keton tidak mempunyai hydrogen yang menempel pada atom karbonil, keton tidak dapat dioksidasi menggunakan pereaksi Tollens. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton, selanjutmya keton tidak dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens. Prinsip dari uji Fehling ini adalah cara membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan ditambahkan reagen Fehling yaitu Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan  natrium kalium tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Dan keton tidak akan mengalami oksidasi. Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata. Dimana aldehid menunjukkan uji positif sedangkan keton tidak bereaksi.
Dari hasil praktikum kali ini, dapat diketahui bahwa dalam uji Fehling dan uji Tollens yang bereaksi positif adalah glukosa,formaldehid dan fruktosa. Sedangkan yang negatif adalah sukrosa, aseton. Senyawa aldehid dalam sampel ini adalah glukosa dan formaldehid. Sedangkan keton dalam sampel yaitu aseton dan fruktosa. Sukrosa tidak termasuk aldehid maupun keton.








DAFTAR PUSTAKA

Astuty, E. D. 2006. Fermentasi Etanol. Yogyakarta: UGM
Hannaford, A. J.2009. Vogel’s Textbook Of Practical Organic Chemistry, 5th edition. New York:  Longman Scientific And Technical
Naid, Tadjuddin, dkk. 2006. Kimia Organik I. Makassar: UIN Alauddin
Rasyid, M. 2009. Kimia Organik. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Respati, Munir. 2009. Kimia Organik. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Sitorus, Marham. 2010. Kimia Organik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Wilcox, Jr., C. 2007, Experimental Organic Chemistry; A Small-Scale Approach, 2nd edition.  New Jersey: Prentice-Hall,Englewood Cliffs


DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

James, Joyce. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga
Pine, Stanley. 2009. Kimia Organik. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Riawan, S. 2010. Kimia Organik Binarupa. Jakarta: Binarupa Aksara
Winarno, F.G. 2006. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia





No comments:

Post a Comment