Pages

Wednesday, June 15, 2016

Bab V: Reaksi Saponifikasi pada Lemak



BAB V
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

TUJUAN        :
·        Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida
·        Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen

A. Pre-lab

1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak !
Saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan garam karbonil (sejenis sabun) dan gliserol (alkohol). Alkali yang biasanya digunakan adalah NaOH dan Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini yaitu sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid adalah lemak yang diperoleh dari lemak hewan dan nabati (Fessenden, 2005).

2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur maupun sifatnya !
a. Sabun kalium adalah sabun yang mengandung ion kalium karena dalam proses pembuatannya, basa yang digunakan adalah kalium hidroksida (Kaustik Potas). Sabun ini memiliki struktur yang lunak karena memang kalium hidroksida memiliki sifat pemutih (bleaching) yang lebih lunak daripada natrium hidroksida . Contoh dari sabun kalium yaitu semua produk sabun mandi, sampo, dan pasta gigi (Luis, 2006).
b. Sabun natrium adalah sabun yang mengandung ion natrium karena proses pembuatannya digunakan natrium hidroksida (soda api atau kaustik soda). Sabun ini memiliki struktur yang keras karena natrium hidroksida memiliki sifat pemutih yang iritatif (bersifat melukai) terhadap kulit. Oleh karena itu, sabun jenis ini tidak cocok untuk membersihkan tubuh, kecuali bagian-bagian tertentu seperti telapak tangan yang memang berkulit tebal. Contoh sabun natrium adalah sabun colek (sabun krim) (Luis, 2006).
c. Detergen dibuat dari bahan dasar alkil benzena sulfonat atau sering disingkat ABS. Dibandingkan dengan sabun, detergen memiliki daya cuci lebih baik karena tetap efektif untuk mencuci walaupun dengan menggunakan air sadah maupun air dingin. Detergen memiliki struktur kimia yang terdiri dari ujung karbon hidrofobik dan ujung sulfat sehingga dapat mengemulsi lemak (Luis, 2006).
3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !
Prinsip dasar proses saponifikasi yaitu lemak akan mengalami hidrolisis yang disebabkan oleh suatu basa sehingga menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Sabun yang terbentuk merupakan garam dari asam karboksilat. Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis lemak umumnya mempunyai rantai karbon panjang dan tidak bercabang. Pengujian sifat sabun yang dihasilkan adalah sabun dapat mengemulsi minyak (Sastrohamidjojo, 2005).

 

 

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian dan Prinsip Saponifikasi
Saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan garam karbonil (sejenis sabun) dan gliserol (alkohol). Alkali yang biasanya digunakan adalah NaOH dan Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini yaitu sabun dan gliserin (Fessenden, 2005). Prinsip dasar proses saponifikasi yaitu lemak akan mengalami hidrolisis yang disebabkan oleh suatu basa sehingga menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Sabun yang terbentuk merupakan garam dari asam karboksilat. Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis lemak umumnya mempunyai rantai karbon panjang dan tidak bercabang. Pengujian sifat sabun yang dihasilkan adalah sabun dapat mengemulsi minyak (Sastrohamidjojo, 2005).

2. Sabun Kalium dan Sabun Natrium
Sabun kalium adalah sabun yang mengandung ion kalium karena dalam proses pembuatannya, basa yang digunakan adalah kalium hidroksida (Kaustik Potas). Sabun ini memiliki struktur yang lunak karena memang kalium hidroksida memiliki sifat pemutih (bleaching) yang lebih lunak daripada natrium hidroksida . Contoh dari sabun kalium yaitu semua produk sabun mandi, sampo, dan pasta gigi. Sabun natrium adalah sabun yang mengandung ion natrium karena proses pembuatannya digunakan natrium hidroksida (soda api atau kaustik soda). Sabun ini memiliki struktur yang keras karena natrium hidroksida memiliki sifat pemutih yang iritatif (bersifat melukai) terhadap kulit. Oleh karena itu, sabun jenis ini tidak cocok untuk membersihkan tubuh, kecuali bagian-bagian tertentu seperti telapak tangan yang memang berkulit tebal. Contoh sabun natrium adalah sabun colek (sabun krim) (Luis, 2006).

3. Perbedaan Sabun dan Detergen
Perbedaan sabun dan detergen yaitu (Sastrohamidjojo, 2005):
Sabun
a.       Sabun adalah garam alkali karboksilat.
b.      Molekul sabun lebih mudah terdegradasi oleh bakteri pengurai.
c.       Tidak bisa dipakai untuk mencuci dalam air sadah, karena sabun akan bereaksi dengan ion Ca2+  dan Mg2+.
d.      Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali.
e.       Sabun biasanya digunakan untuk membersihkan suatu produk yang berhubungan langsung dengan kulit manusia.
Detergen
a.       Detergen adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat.
b.      Molekul detergen sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai.
c.       Molekul detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+  dan Mg2+.
d.      Detergen adalah campuran zat kimia dari sintetik ataupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media.
e.       Detergen digunakan sebagai sabun cuci pakaian.

4. Tinjauan Bahan
·         Lemak
Lemak adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air. Unsur penyusun lemak adalah karbon, hidrogen, oksigen dan kadang-kadang fosfor serta nitrogen. Molekul lemak terdiri dari empat bagian yaitu satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (Sastrohamidjojo, 2005).
·        Minyak
Minyak adalah suatu ester alam berasal dari hewan dan tumbuhan. Minyak merupakan suatu ester karena dibentuk melalui reaksi esterifikasi antara alkohol dan asam karboksilat (Sartika, 2009).
·        KOH (10% dalam etanol 96%)
KOH merupakan senyawa yang digunakan untuk membuat sabun cair. Dalam proses penyabunan, KOH sebanyak 10% berada dalam etanol 96% yang digunakan untuk pembuatan sabun kalium (Deni, 2006).
·        Aseton
Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil alkohol dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat tidak berwarna dengan berat jenis 0,812 gram/mol dan mempunyai bau yang sengit yang menjadi tandanya (Poedjiadi, 2005).
·        NaCl
NaCl adalah garam berbentuk kristal atau bubuk berwarna putih. NaCl dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol (Poedjiadi, 2005).
·        Akuades
Akuades adalah air hasil penyulingan. Mempunyai kandungan H2O yang murni dan hampir tidak mengandung mineral (Puspitasari, 2010).
·        CaCl2 0,1%
CaCl2 adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsur kalsium dan klorin. Ciri-cirinya yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak beracun (Puspitasari, 2010).
·        MgCl2 0,1%
MgCl2  adalah logam yang kuat, putih keperakan, ringan dan akan menjadi kusam dibiarkan pada udara terbuka. Dalam bentuk sebuk, logam ini sangat reaktif dan bisa terbakar dengan nyala putih apabila udaranya lembab (Puspitasari, 2010).
·        FeCl2 0,1%
FeCl2 berbentuk solid atau padatan yang mempunyai titik leleh yang tinggi. FeCl2 dapat larut dalam air (Puspitasari, 2010).
·        Detergen
Detergen dibuat dari bahan dasar alkil benzena sulfonat atau sering disingkat ABS. Detergen memiliki struktur kimia yang terdiri dari ujung karbon hidrofobik dan ujung sulfat sehingga dapat mengemulsi lemak (Luis, 2006).

·        Air kran
Air kran terdapat dalam pada rumah atau bangunan-bangunan lain. Air ini digunakan untuk mencuci, memasak, minum dan lain-lain (Deni, 2006).




























C. Diagram Alir
Sampel lemak atau minyak

1. Pembuatan Sabun Kalium
                                                                  

10 ml larutan KOH dalam etanol 96%
Diambil 30 tetes

Ditempatkan dalam beaker glass 100 ml

Ditempatkan pada beaker glass 500 ml berisi air mendidih

2 ml larutan etanol
Dipanaskan hingga mendidih

Dipanaskan selama 3 menit


Diteteskan hasil reaksi ke dalam air


Dilakukan uji penyabunan


Diteteskan beberapa tetes hasil reaksi ke dalam air


Diambil hasil tetesan (Saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak)




Saponifikasi tidak sempurna                                                                         Saponifikasi sempurna
2 ml larutan etanol
 
                                                                                                                Dipanaskan hingga alcohol
Dipanaskan kembali                                                                                        menguap sempurna
                                                                                                                       
                                                                                                                  Ditandai cairannya kental,
                                                                                                                          liat, jangan gosong
                                                                                                                 
                                                                                                                             Diaduk konstan

                                                                                                                                 Sabun Kalium
B
Dibuat
Sabun natrium
C
Diuji
 



2. Pembuatan Sabun Natrium
Separuh sampel dari saponifikasi
 




Dituang pada beaker glass
15 ml larutan NaCl jenuh
 


Diaduk dengan kuat sampai terbentuk padatan


Padatan dipisahkan dengan kertas saring


Hasil
Padatan ditekan sampai terbebas dari air




3. Pengujian Sifat Sabun dan Detergen
Sampel minyak
    a. Pengujian kemampuan menghilangkan minyak dan lemak



Dioleskan pada permukaan gelas arloji
1 ml sabun kalium (A)
 


Gelas arloji digoyangkan


Proses diulangi dengan menggunakan bahan sabun natrium dan detergen
Hasil
 



 
   b. Pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen
Alat dan bahan
  


1 ml sabun kalium tiap tabung
Disiapkan 4 tabung reaksi

Masing-masing tabung reaksi ditambahkan

Diaduk dan diamati endapan yang terjadi

Hasil
Proses diulangi dengan menggunakan bahan sabun natrium dan detergen



HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :
1. Saponifikasi lemak : pembuatan sabun kalium

Jenis sampel
Berat / volume sampel
Setelah 10 menit
Tes penyabunan
Setelah dipanaskan
Akuades 30 mL dan dibagi dua
Ditambah NaCl
Diaduk kuat
Sabun kalium
30 tetes
Minyaknya menggumpal





Berhasil
Mengental
Kuning bening berbusa

Sabun natrium
15 mL

15 mL
Membentuk endapan

Jenis sampel
Warna
Bentuk
Sabun kalium
Kuning bening
Cair
Sabun natrium
Putih
Padat
Detergen
Putih keruh
Cair

2. Sifat sabun dengan detergen

Jenis sampel
Ditambah lemak / minyak
Kelarutan
Warna
Sabun kalium
+++
Jernih
Sabun natrium
+
Agak keruh
Detergen
++++
Lebih jernih

Jenis sampel
Penambahan larutan
Pengamatan
Diaduk
1 mL sabun kalium
1 mL larutan CaCl2 0,1%
Tidak ada endapan

Warna putih
1 mL larutan MgCl2 0,1%
Tidak ada endapan


Warna putih
1 mL larutan FeCl2, 0,1%

Tidak ada endapan

Warna kuning
Air kran
Tidak ada endapan

Warna putih
1 mL sabun natrium
1 mL larutan CaCl2 0,1%
Ada endapan
Warna putih
1 mL larutan MgCl2 0,1%
Ada endapan
Warna putih
1 mL larutan FeCl2, 0,1%
Ada endapan
Warna kuning
Air kran
Ada endapan
Warna putih
1 mL detergen
1 mL larutan CaCl2 0,1%
Tidak ada endapan

Warna lebih jernih
1 mL larutan MgCl2 0,1%
Tidak ada endapan


Warna lebih jernih
1 mL larutan FeCl2, 0,1%

Tidak ada endapan

Warna lebih jernih
Air kran
Tidak ada endapan

Warna lebih jernih





















PEMBAHASAN
Analisa Prosedur
Langkah pertama sebelum melakukan percobaan yaitu menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu beaker glass 100 ml sebagai wadah, beaker glass 500 ml sebagai pemanas, pipet ukur untuk mengambil larutan dengan jumlah tertentu, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit, kompor listrik untuk memanaskan air, pengaduk untuk meratakan suatu campuran, penjepit kayu untuk menjepit beaker glass saat dipanaskan. Bahan yang digunakan yaitu minyak, KOH 10% dalam etanol 96%, akuades.
Pertama memanaskan air pada beaker glass 500 ml menggunakan kompor listrik sampai mendidih. Kemudian ambil minyak yang telah disiapkan menggunakan pipet tetes sebanyak 30 tetes dan dipindahkan kedalam beaker glass 100 ml. Kemudian ditambahkan KOH 10% dalam etanol 96% menggunakan pipet ukur. KOH berfungsi sebagai bahan dasar hidrolisis yang akan bereaksi dengan lemak membentuk sabun kalium dan gliserol. Sedangkan etanol 96% digunakan agar KOH dan lemak dalam minyak dapat larut. Lalu tempatkan beaker glass 100 ml tersebut pada beaker glass 500 ml yang telah dipanaskan dengan menggunakan penjepit kayu. Proses pemanasan diteruskan hingga mendidih. Proses pemanasan ini berfungsi karena kalium pada suhu kamar tidak mengental sehingga harus dipanaskan supaya mengental. Selain itu pemanasan juga berfungsi untuk mempercepat reaksi karena energy kinetiknya semakin besar yang menyebabkan molekul-molekul mudah bereaksi. Setelah mendidih, ditambahkan etanol sebanyak 2 ml untuk menggantikan etanol yang menguap. Kemudian dipanaskan lagi selama 3 menit lalu dilakukan uji penyabunan untuk melihat apakah proses saponifikasi sudah berlangsung sempurna atau belum. Cara pengujian dilakukan dengan meneteskan hasil reaksi ke dalam air. Saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak. Apabila saponifikasi belum sempurna atau masih terdapat tetesan lemak, maka ditambahkan 2 ml etanol dan dipanaskan kembali. Sedangkan jika saponifikasi sempurna maka larutan dipanaskan sampai alcohol menguap sempurna dengan ditandai terbentuknya cairan kental dan liat, jangan sampai gosong.  Lalu ditambahkan akuades 20 ml dan diaduk secara konstan sehingga diperoleh sabun kalium. Larutan dibagi menjadi 2, untuk pembuatan sabun natrium dan untuk pengujian.
Setelah diperoleh sabun kalium, dilanjutkan dengan membuat sabun natrium dengan menggunakan setengah dari sabun kalium. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun kalium yaitu setengah sabun kalium, pipet uku untuk mengambil larutan dalam jumlah tertentur, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit, NaCl jenuh, pengaduk untuk melarutkan campuran, kertas saring untuk menyaring endapan. Pertama tuang setengah dari sabun kalium ke dalam beaker glass. Tambahkan 15 ml larutan NaCl jenuh menggunakan pipet ukur. Penambahan NaCl ini berfungsi untuk memisahkan gliserol dari hasil saponifikasi minyak dan KOH yang sukar dipisahkan. Kemudian campuran diaduk dengan kuat sampai terbentuk padatan. Kemudian pisahkan padatan yang diperoleh menggunakan kertas saring. Lalu tekan kertas saring supaya padatan terbebas dari air.
Setelah sabun kalium dan sabun natrium dibuat, dilanjutkan dengan melakukan pengujian sifat terhadap kedua sabun tersebut dan detergen. Alat dan bahan yang digunakan yaitu sampel sabun kalium dan sabun natrium, detergen, akuades, minyak, timbangan analitik untuk menimbang detergen, pengaduk untuk melarutkan campuran, spatula untuk mengambil detergen dan gelas arloji untuk tempat pengujian sampel terhadap minyak. Pertama detergen ditimbang menggunakan timbangan analitik sebanyak 0,5 gram. Kemudian detergen tersebut dilarutkan kedalam 50 ml akuades. Minyak dioleskan pada ketiga gelas arloji. Lalu sabun kalium, sabun natrium dan detergen diteteskan masing-masing diatas gelas arloji sebanyak 20 tetes. Ratakan dengan cara menggoyangkan gelas arloji. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sabun kalium, sabun natrium dan detergen dapat membersihkan minyak atau tidak.
Percobaan selanjutnya yaitu pengujian kerja sabun kalium, sabun natrium dan detergen pada air sadah. Proses ini dilakukan dengan mereaksikan sabun dan detergen dengan kation difalen. Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit, tabung reaksi sebagai tempat untuk mereaksikan sampel, CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, air kran. Pertama sabun kalium diambil 20 tetes menggunakan pipet tetes kedalam 4 tabung reaksi. Pada masing-masing tabung reaksi diberi 20 tetes CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, air kran menggunakan pipet tetes. Kemudian tabung reaksi digoyangkan untuk mengetahui perubahan baik ada tidaknya endapan maupun warna. Dilanjutkan dengan prosedur yang sama menggunakan bahan sabun natrium dan detergen.


Analisa Hasil
Dari data hasil percobaan dan pengamatan dapat diketahui bahwa pada saat pembuatan sabun kalium sebanyak 30 tetes dengan minyak dan KOH 10% dalam etanol 96% dan dipanaskan selama 3 menit hasilnya minyak akan menggumpal dan menghilang, warnanya juga menjadi kuning bening berbusa. Dari tes penyabunan  diperoleh hasil sempurna. Hal ini sesuai dengan literature bahwa sabun kalium bersifat cair karena adanya logam alkali (K) dari KOH yang mudah larut dalam air dan minyak yang mengandung asam lemak rantai pendek dan ikatan jenuh yang dapat menghasilkan sabun bersifat cair. Sedangkan warna kuning yang terbentuk diperoleh karena kalium direaksikan dengan minyak yang berwarna orange (Priyono, 2009). Pada data hasil percobaan dan pengamatan sabun natrium diperoleh sabun dalam bentuk padatan dan teksturnya yang kasar atau keras. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya digunakan natrium hidroksida (soda api atau kaustik soda). Sabun ini memiliki struktur yang keras karena natrium hidroksida memiliki sifat pemutih yang iritatif (bersifat melukai) terhadap kulit (Luis, 2006).
Pada data hasil percobaan dan pengamatan sifat sabun dan detergen yaitu dengan cara mengoleskan minyak pada gelas arlojiyang kemudian ditetesi sampel. Pada saat sabun kalium diteteskan pada gelas arloji berisi minyak kelarutannnya cukup tinggi sehinnga warnanya jernih. Pada saat sabun natrium diteteskan pada gelas arloji berisi minyak kelarutannya rendah sehingga warnanya agak keruh. Sedangkan saat detergen diteteskan pada gelas arloji berisi minyak kelarutannya sangat tinggi sehingga warnanya sangat jernih. Dapat disimpulkan bahwa sabun kalium dapat mengikat lemak dalam jumlah sedikit. Pada sabun natrium dapat mengikat lemak namun lebih sedikit dari sabun kalium. Sedangkan detergen memiliki kemampuan mengikat lemak paling tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa detergen memiliki sifat dapat mengemulsi lemak secara sempurna, yaitu bagian nonpolar dari ujung-ujung hidrokarbon pada detergen mengelilingi tetesan minyak secara merata, sehingga detergen dapat mengemulsikan lemak. Sedangkan pada sabun natrium dan kalium, sabun kalium dapat melarutkan minyak atau lemak lebih banyak dari sabun natrium. Hal ini disebabkan karena sabun kalium merupakan sabun lunak, sehingga akan memiliki kemampuan melarutkan lemak daripada sabun natrium (Hard, 2007).
Pada data hasil percobaan dan pengamatan pengujian sabun dan detergen pada keadaan sadah, yaitu dengan menambahkan reagen CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, air kran pada masing-masing tabung reaksi berisi sampel berupa sabun dan detergen. Pada saat masing-masing reagen ditambahkan pada sampel detergen, tidak endapan dan warnanya putih. Hal ini sesuai dengan literature bahwa detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran karena system kerja detergen tidak dipengaruhi oleh kesadahan air. Sehingga tidak akan membentuk endapan dan daya cucinya lebih tinggi (Luis, 2006). Pada saat masing-masing reagen ditambahkan pada sampel sabun natrium dan sabun kalium, baik pada sampel sabun natrium dan sabun kalium terbentuk endapan semua. Dan warnanya putih kecuali pada reagen FeCl2 warnanya kuning. Hal ini sesuai dengan literature bahwa anion asam lemak dari sabun akan mengikat kation difalen  sehingga membentuk endapan (Hard, 2007).






PERTANYAAN
1.      Apa fungsi penambahan KOH  pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat digantikan dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan larutan KOH?
Penambahan KOH berfungsi sebagai reagen untuk bahan dasar hidrolisis lemak agar terbentuk sabun kalium dan gliserol. Sabun kalium bersifat lunak atau cair dan mudah larut dalam air. Larutan KOH dapat digantikan dengan bahan lain, misalnya basa kuat NaOH. Sehingga menghasilkan sabun natrium yang sifatnya keras atau kasar dan sukar larut dalam air (Suheri, 2010).

2.      Jelaskan fungsi NaCl dalam percobaan ini!
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. NaCl berfungsi umtuk memisahkan produk sabun dengan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap (Suheri, 2010).

3.      Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?
Cara kerja sabun adalah dengan cara mengikat minyak di dalam air. Molekul-molekul sabun berbentuk panjang dan tipis. Hampir seluruh panjang (atau “ekor”) strukturnya tepat sama dengan molekul-molekul minyak, karena itu memiliki afinitas atau keakraban dengan molekul-molekul minyak. Detergen mengandung surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air, pada dasarnya membuatnya lebih basah sehingga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan minyak minyak atau lemak. Detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran karena system kerja detergen tidak dipengaruhi oleh kesadahan air. Sehingga tidak akan membentuk endapan dan daya cucinya lebih tinggi (Irdoni, 2013).

4.      Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih !
Sabun tidak bisa bekerja di air sadah karena adanya ion-ion Fe2+, Mg2+ dan Ca2+ yang dapat berikatan dengan asam karboksilat dari sabun dan dapat membentuk endapan sehingga sabun tidak berbuih. Sedangkan detergen tidak terpengaruh oleh kesadahan air sehingga tidak akan membentuk endapan dan daya cucinya lebih tinggi (Permono, 2006).
KESIMPULAN
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis trigliserida menggunakan basa alkali seperti KOH atau NaOH yang menghasilkan sabun dan gliserol. Prinsip dasar proses saponifikasi yaitu lemak akan mengalami hidrolisis yang disebabkan oleh suatu basa sehingga menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Sabun yang terbentuk merupakan garam dari asam karboksilat. Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis lemak umumnya mempunyai rantai karbon panjang dan tidak bercabang. Pengujian sifat sabun yang dihasilkan adalah sabun dapat mengemulsi minyak. Dengan dilakukannya percobaan ini dapat diketahui perbedaan antara sabun kalium, sabun natrium dan detergen.  Sabun kalium terbuat dari lemak dan KOH memiliki sifat yang lunak atau cair dan mudah larut dalam air. Sabun natrium terbuat dari lemah dan NaOH memiliki sifat yang keras atau kasar dan sukar larut dalam air. Sedangkan detergen adalah bahan pembersih yang mengandung surfakatan yang paling bisa menghilangkan lemak.
Dari data hasil percobaan dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa daya emulsi detergen terhadap minyak atau lemak lebih tinggi dibandingkan sabun natrium maupun sabun kalium. Detergen juga mampu bekerja pada air sadah karena detergen tidak akan terpengaruh oleh kation difalen sehingga tidak akan membentuk endapan dan daya cucinya lebih tinggi. Sedangkan pada sabun, kation difalen pada air sadah akan bereaksi dengan asam karboksilat dari sabun sehingga membentuk endapan.


















DAFTAR PUSTAKA


Deni, P. 2006. Kimia Jilid 3B. Klaten: Intan Pariwara
Fessenden. 2005. Organic Chemistry. California: Wadsworth Inc
Luis, S. 2006. Soap and Detergen, A Theoritical and Practical Review. New York: AOCS Press
Poedjiadi, Anna. 2005. DASAR-DASAR BIOKIMIA. Jakarta: Universitas Indonesia
Puspitasari, Dian. 2010. Kamus Kimia Lengkap. Tuban: Dwimedia Press
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik (Stereokimia, Karbohidrat, Lemak & Protein).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press









DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN


Hard, Harold. 2007. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Irdoni, HS. 2013. Modul Praktikum Kimia. Laboratorium Teknologi Bahan Alam dan Mineral            Teknik. Pekanbaru: Universitas Riau
Permono, A. 2006. Membuat Sabun Colek. Jakarta: Penebar Swadaya
Priyono, Agus. 2009. Makalah Pembuatan Sabun. Jurusan Teknik. Fakultas Teknik.  Pekanbaru: Universitas Riau
Suheri, Fauzan. 2010. Pembuatan Sabun. Palembang: Universitas Sriwijaya


No comments:

Post a Comment