BAB V
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK
TUJUAN :
·
Mempelajari proses saponifikasi
suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida
·
Mempelajari perbedaan sifat sabun
dan detergen
A. Pre-lab
1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu
lemak !
Saponifikasi adalah proses pembuatan sabun
yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang
menghasilkan garam karbonil (sejenis sabun) dan gliserol (alkohol). Alkali
yang biasanya digunakan adalah NaOH dan Na2CO3 maupun
KOH dan K2CO3. Ada dua produk yang dihasilkan dalam
proses ini yaitu sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi
kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid adalah lemak
yang diperoleh dari lemak hewan dan nabati (Fessenden, 2005).
|
2. Jelaskan
perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur
maupun sifatnya !
a. Sabun kalium
adalah sabun yang mengandung ion kalium karena dalam proses pembuatannya,
basa yang digunakan adalah kalium hidroksida (Kaustik Potas). Sabun ini
memiliki struktur yang lunak karena memang kalium hidroksida memiliki sifat
pemutih (bleaching) yang lebih lunak daripada natrium hidroksida . Contoh
dari sabun kalium yaitu semua produk sabun mandi, sampo, dan pasta gigi
(Luis, 2006).
b. Sabun natrium
adalah sabun yang mengandung ion natrium karena proses pembuatannya digunakan
natrium hidroksida (soda api atau kaustik soda). Sabun ini memiliki struktur
yang keras karena natrium hidroksida memiliki sifat pemutih yang iritatif
(bersifat melukai) terhadap kulit. Oleh karena itu, sabun jenis ini tidak
cocok untuk membersihkan tubuh, kecuali bagian-bagian tertentu seperti
telapak tangan yang memang berkulit tebal. Contoh sabun natrium adalah sabun
colek (sabun krim) (Luis, 2006).
c. Detergen
dibuat dari bahan dasar alkil benzena sulfonat atau sering disingkat ABS.
Dibandingkan dengan sabun, detergen memiliki daya cuci lebih baik karena
tetap efektif untuk mencuci walaupun dengan menggunakan air sadah maupun air
dingin. Detergen memiliki struktur kimia yang terdiri dari ujung karbon
hidrofobik dan ujung sulfat sehingga dapat mengemulsi lemak (Luis, 2006).
|
3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi
dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !
Prinsip dasar
proses saponifikasi yaitu lemak akan mengalami hidrolisis yang disebabkan
oleh suatu basa sehingga menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Sabun yang
terbentuk merupakan garam dari asam karboksilat. Asam karboksilat yang
diperoleh dari hidrolisis lemak umumnya mempunyai rantai karbon panjang dan
tidak bercabang. Pengujian sifat sabun yang dihasilkan adalah sabun dapat
mengemulsi minyak (Sastrohamidjojo, 2005).
|
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian dan Prinsip Saponifikasi
Saponifikasi adalah proses pembuatan sabun
yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan
garam karbonil (sejenis sabun) dan gliserol (alkohol). Alkali yang biasanya
digunakan adalah NaOH dan Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3.
Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini yaitu sabun dan gliserin
(Fessenden, 2005). Prinsip dasar proses saponifikasi yaitu lemak akan
mengalami hidrolisis yang disebabkan oleh suatu basa sehingga menghasilkan
gliserol dan sabun mentah. Sabun yang terbentuk merupakan garam dari asam
karboksilat. Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis lemak umumnya
mempunyai rantai karbon panjang dan tidak bercabang. Pengujian sifat sabun yang
dihasilkan adalah sabun dapat mengemulsi minyak (Sastrohamidjojo, 2005).
2. Sabun Kalium dan
Sabun Natrium
Sabun kalium adalah sabun yang mengandung ion kalium karena dalam proses
pembuatannya, basa yang digunakan adalah kalium hidroksida (Kaustik Potas).
Sabun ini memiliki struktur yang lunak karena memang kalium hidroksida memiliki
sifat pemutih (bleaching) yang lebih lunak daripada natrium hidroksida . Contoh
dari sabun kalium yaitu semua produk sabun mandi, sampo, dan pasta gigi. Sabun
natrium adalah sabun yang mengandung ion natrium karena proses pembuatannya
digunakan natrium hidroksida (soda api atau kaustik soda). Sabun ini memiliki
struktur yang keras karena natrium hidroksida memiliki sifat pemutih yang
iritatif (bersifat melukai) terhadap kulit. Oleh karena itu, sabun jenis ini
tidak cocok untuk membersihkan tubuh, kecuali bagian-bagian tertentu seperti
telapak tangan yang memang berkulit tebal. Contoh sabun natrium adalah sabun
colek (sabun krim) (Luis, 2006).
3. Perbedaan Sabun
dan Detergen
Perbedaan sabun dan detergen yaitu (Sastrohamidjojo, 2005):
Sabun
a.
Sabun adalah garam alkali karboksilat.
b.
Molekul sabun lebih mudah terdegradasi oleh
bakteri pengurai.
c.
Tidak bisa dipakai untuk mencuci dalam air sadah,
karena sabun akan bereaksi dengan ion Ca2+
dan Mg2+.
d.
Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak
dengan menggunakan alkali.
e.
Sabun biasanya digunakan untuk membersihkan suatu
produk yang berhubungan langsung dengan kulit manusia.
Detergen
a.
Detergen adalah garam alkali alkil sulfat atau
sulfoniat.
b.
Molekul detergen sukar terdegradasi oleh bakteri
pengurai.
c.
Molekul detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ dan Mg2+.
d.
Detergen adalah campuran zat kimia dari sintetik
ataupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media.
e.
Detergen digunakan sebagai sabun cuci pakaian.
4. Tinjauan Bahan
·
Lemak
Lemak adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air.
Unsur penyusun lemak adalah karbon, hidrogen, oksigen dan kadang-kadang fosfor
serta nitrogen. Molekul lemak terdiri dari empat bagian yaitu satu molekul
gliserol dan tiga molekul asam lemak (Sastrohamidjojo, 2005).
·
Minyak
Minyak adalah suatu ester alam berasal dari hewan dan tumbuhan. Minyak
merupakan suatu ester karena dibentuk melalui reaksi esterifikasi antara
alkohol dan asam karboksilat (Sartika, 2009).
·
KOH (10% dalam etanol 96%)
KOH merupakan senyawa yang digunakan untuk membuat sabun cair. Dalam proses
penyabunan, KOH sebanyak 10% berada dalam etanol 96% yang digunakan untuk
pembuatan sabun kalium (Deni, 2006).
·
Aseton
Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil
alkohol dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat tidak berwarna dengan berat
jenis 0,812 gram/mol dan mempunyai bau yang sengit yang menjadi tandanya
(Poedjiadi, 2005).
·
NaCl
NaCl adalah garam berbentuk kristal atau bubuk berwarna putih. NaCl dapat
larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol (Poedjiadi, 2005).
·
Akuades
Akuades adalah air hasil penyulingan. Mempunyai kandungan H2O
yang murni dan hampir tidak mengandung mineral (Puspitasari, 2010).
·
CaCl2 0,1%
CaCl2 adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsur kalsium dan
klorin. Ciri-cirinya yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak beracun
(Puspitasari, 2010).
·
MgCl2 0,1%
MgCl2 adalah logam yang
kuat, putih keperakan, ringan dan akan menjadi kusam dibiarkan pada udara
terbuka. Dalam bentuk sebuk, logam ini sangat reaktif dan bisa terbakar dengan
nyala putih apabila udaranya lembab (Puspitasari, 2010).
·
FeCl2 0,1%
FeCl2 berbentuk solid atau padatan yang mempunyai titik leleh
yang tinggi. FeCl2 dapat larut dalam air (Puspitasari, 2010).
·
Detergen
Detergen dibuat dari bahan dasar alkil benzena sulfonat atau sering
disingkat ABS. Detergen memiliki struktur kimia yang terdiri dari ujung karbon
hidrofobik dan ujung sulfat sehingga dapat mengemulsi lemak (Luis, 2006).
·
Air kran
Air kran terdapat dalam pada rumah atau bangunan-bangunan lain. Air ini
digunakan untuk mencuci, memasak, minum dan lain-lain (Deni, 2006).
C. Diagram Alir
Sampel lemak atau
minyak
|
10 ml larutan KOH
dalam etanol 96%
|
Ditempatkan dalam beaker glass 100 ml
Ditempatkan pada beaker glass 500 ml berisi air mendidih
2 ml larutan
etanol
|
Dipanaskan selama 3 menit
Diteteskan hasil reaksi ke dalam air
Dilakukan uji penyabunan
Diteteskan beberapa tetes hasil reaksi ke dalam air
Diambil hasil tetesan
(Saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak)
Saponifikasi tidak
sempurna
Saponifikasi sempurna
2 ml larutan
etanol
|
Dipanaskan hingga alcohol
Dipanaskan kembali
menguap sempurna
Ditandai cairannya kental,
liat, jangan gosong
Diaduk konstan
Sabun Kalium
B
Dibuat
Sabun natrium
|
C
Diuji
|
2. Pembuatan Sabun Natrium
Separuh sampel
dari saponifikasi
|
Dituang
pada beaker glass
15 ml larutan
NaCl jenuh
|
Diaduk dengan kuat sampai terbentuk padatan
Padatan dipisahkan dengan kertas saring
Hasil
|
3. Pengujian Sifat Sabun dan
Detergen
Sampel minyak
|
Dioleskan pada permukaan gelas arloji
1 ml sabun kalium
(A)
|
Gelas arloji digoyangkan
Proses diulangi
dengan menggunakan bahan sabun natrium dan detergen
Hasil
|
b. Pengujian sifat
kesadahan sabun dan detergen
Alat dan bahan
|
1 ml sabun kalium
tiap tabung
|
Masing-masing tabung reaksi ditambahkan
Diaduk dan diamati endapan yang terjadi
Hasil
|
HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :
1. Saponifikasi lemak : pembuatan sabun kalium
Jenis sampel
|
Berat / volume sampel
|
Setelah 10 menit
|
Tes penyabunan
|
Setelah dipanaskan
|
Akuades 30 mL dan
dibagi dua
|
Ditambah NaCl
|
Diaduk kuat
|
Sabun kalium
|
30 tetes
|
Minyaknya menggumpal
|
Berhasil
|
Mengental
|
Kuning bening berbusa
|
||
Sabun natrium
|
15
mL
|
15 mL
|
Membentuk endapan
|
Jenis sampel
|
Warna
|
Bentuk
|
Sabun kalium
|
Kuning bening
|
Cair
|
Sabun natrium
|
Putih
|
Padat
|
Detergen
|
Putih keruh
|
Cair
|
2. Sifat sabun dengan detergen
Jenis
sampel
|
Ditambah
lemak / minyak
|
|
Kelarutan
|
Warna
|
|
Sabun
kalium
|
+++
|
Jernih
|
Sabun
natrium
|
+
|
Agak
keruh
|
Detergen
|
++++
|
Lebih
jernih
|
Jenis
sampel
|
Penambahan
larutan
|
Pengamatan
|
Diaduk
|
1 mL sabun kalium
|
1 mL larutan CaCl2
0,1%
|
Tidak ada endapan
|
Warna putih
|
1 mL larutan MgCl2
0,1%
|
Tidak ada endapan
|
Warna putih
|
|
1 mL larutan FeCl2,
0,1%
|
Tidak ada endapan
|
Warna kuning
|
|
Air kran
|
Tidak ada endapan
|
Warna putih
|
|
1 mL sabun natrium
|
1 mL larutan CaCl2
0,1%
|
Ada endapan
|
Warna putih
|
1 mL larutan MgCl2
0,1%
|
Ada endapan
|
Warna putih
|
|
1 mL larutan FeCl2,
0,1%
|
Ada endapan
|
Warna kuning
|
|
Air kran
|
Ada endapan
|
Warna putih
|
|
1 mL detergen
|
1 mL larutan CaCl2
0,1%
|
Tidak ada endapan
|
Warna lebih jernih
|
1 mL larutan MgCl2
0,1%
|
Tidak ada endapan
|
Warna lebih jernih
|
|
1 mL larutan FeCl2,
0,1%
|
Tidak ada endapan
|
Warna lebih jernih
|
|
Air kran
|
Tidak ada endapan
|
Warna lebih jernih
|
PEMBAHASAN
Analisa Prosedur
Langkah pertama sebelum melakukan percobaan yaitu menyiapkan alat dan
bahan. Alat yang digunakan yaitu beaker glass 100 ml sebagai wadah, beaker
glass 500 ml sebagai pemanas, pipet ukur untuk mengambil larutan dengan jumlah
tertentu, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit, kompor listrik
untuk memanaskan air, pengaduk untuk meratakan suatu campuran, penjepit kayu
untuk menjepit beaker glass saat dipanaskan. Bahan yang digunakan yaitu minyak,
KOH 10% dalam etanol 96%, akuades.
Pertama memanaskan air pada beaker glass 500 ml menggunakan kompor
listrik sampai mendidih. Kemudian ambil minyak yang telah disiapkan menggunakan
pipet tetes sebanyak 30 tetes dan dipindahkan kedalam beaker glass 100 ml. Kemudian
ditambahkan KOH 10% dalam etanol 96% menggunakan pipet ukur. KOH berfungsi
sebagai bahan dasar hidrolisis yang akan bereaksi dengan lemak membentuk sabun
kalium dan gliserol. Sedangkan etanol 96% digunakan agar KOH dan lemak dalam
minyak dapat larut. Lalu tempatkan beaker glass 100 ml tersebut pada beaker
glass 500 ml yang telah dipanaskan dengan menggunakan penjepit kayu. Proses
pemanasan diteruskan hingga mendidih. Proses pemanasan ini berfungsi karena
kalium pada suhu kamar tidak mengental sehingga harus dipanaskan supaya
mengental. Selain itu pemanasan juga berfungsi untuk mempercepat reaksi karena
energy kinetiknya semakin besar yang menyebabkan molekul-molekul mudah
bereaksi. Setelah mendidih, ditambahkan etanol sebanyak 2 ml untuk menggantikan
etanol yang menguap. Kemudian dipanaskan lagi selama 3 menit lalu dilakukan uji
penyabunan untuk melihat apakah proses saponifikasi sudah berlangsung sempurna
atau belum. Cara pengujian dilakukan dengan meneteskan hasil reaksi ke dalam
air. Saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak. Apabila saponifikasi
belum sempurna atau masih terdapat tetesan lemak, maka ditambahkan 2 ml etanol
dan dipanaskan kembali. Sedangkan jika saponifikasi sempurna maka larutan
dipanaskan sampai alcohol menguap sempurna dengan ditandai terbentuknya cairan
kental dan liat, jangan sampai gosong.
Lalu ditambahkan akuades 20 ml dan diaduk secara konstan sehingga
diperoleh sabun kalium. Larutan dibagi menjadi 2, untuk pembuatan sabun natrium
dan untuk pengujian.
Setelah diperoleh sabun kalium, dilanjutkan dengan membuat sabun natrium
dengan menggunakan setengah dari sabun kalium. Alat dan bahan yang digunakan
dalam proses pembuatan sabun kalium yaitu setengah sabun kalium, pipet uku
untuk mengambil larutan dalam jumlah tertentur, pipet tetes untuk mengambil
larutan dalam jumlah sedikit, NaCl jenuh, pengaduk untuk melarutkan campuran,
kertas saring untuk menyaring endapan. Pertama tuang setengah dari sabun kalium
ke dalam beaker glass. Tambahkan 15 ml larutan NaCl jenuh menggunakan pipet
ukur. Penambahan NaCl ini berfungsi untuk memisahkan gliserol dari hasil
saponifikasi minyak dan KOH yang sukar dipisahkan. Kemudian campuran diaduk
dengan kuat sampai terbentuk padatan. Kemudian pisahkan padatan yang diperoleh
menggunakan kertas saring. Lalu tekan kertas saring supaya padatan terbebas
dari air.
Setelah sabun kalium dan sabun natrium dibuat, dilanjutkan dengan
melakukan pengujian sifat terhadap kedua sabun tersebut dan detergen. Alat dan
bahan yang digunakan yaitu sampel sabun kalium dan sabun natrium, detergen,
akuades, minyak, timbangan analitik untuk menimbang detergen, pengaduk untuk
melarutkan campuran, spatula untuk mengambil detergen dan gelas arloji untuk
tempat pengujian sampel terhadap minyak. Pertama detergen ditimbang menggunakan
timbangan analitik sebanyak 0,5 gram. Kemudian detergen tersebut dilarutkan kedalam
50 ml akuades. Minyak dioleskan pada ketiga gelas arloji. Lalu sabun kalium,
sabun natrium dan detergen diteteskan masing-masing diatas gelas arloji
sebanyak 20 tetes. Ratakan dengan cara menggoyangkan gelas arloji. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah sabun kalium, sabun natrium dan detergen
dapat membersihkan minyak atau tidak.
Percobaan selanjutnya yaitu pengujian kerja sabun kalium, sabun natrium
dan detergen pada air sadah. Proses ini dilakukan dengan mereaksikan sabun dan
detergen dengan kation difalen. Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet tetes
untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit, tabung reaksi sebagai tempat
untuk mereaksikan sampel, CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2
0,1%, air kran. Pertama sabun kalium diambil 20 tetes menggunakan pipet tetes
kedalam 4 tabung reaksi. Pada masing-masing tabung reaksi diberi 20 tetes CaCl2
0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, air kran menggunakan pipet
tetes. Kemudian tabung reaksi digoyangkan untuk mengetahui perubahan baik ada
tidaknya endapan maupun warna. Dilanjutkan dengan prosedur yang sama
menggunakan bahan sabun natrium dan detergen.
Analisa Hasil
Dari data hasil percobaan dan pengamatan dapat diketahui bahwa pada saat
pembuatan sabun kalium sebanyak 30 tetes dengan minyak dan KOH 10% dalam etanol
96% dan dipanaskan selama 3 menit hasilnya minyak akan menggumpal dan
menghilang, warnanya juga menjadi kuning bening berbusa. Dari tes
penyabunan diperoleh hasil sempurna. Hal
ini sesuai dengan literature bahwa sabun kalium bersifat cair karena adanya
logam alkali (K) dari KOH yang mudah larut dalam air dan minyak yang mengandung
asam lemak rantai pendek dan ikatan jenuh yang dapat menghasilkan sabun
bersifat cair. Sedangkan warna kuning yang terbentuk diperoleh karena kalium
direaksikan dengan minyak yang berwarna orange (Priyono, 2009). Pada data hasil
percobaan dan pengamatan sabun natrium diperoleh sabun dalam bentuk padatan dan
teksturnya yang kasar atau keras. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya
digunakan natrium hidroksida (soda api atau kaustik soda). Sabun ini memiliki
struktur yang keras karena natrium hidroksida memiliki sifat pemutih yang iritatif
(bersifat melukai) terhadap kulit (Luis, 2006).
Pada data hasil percobaan dan pengamatan sifat sabun dan detergen yaitu
dengan cara mengoleskan minyak pada gelas arlojiyang kemudian ditetesi sampel.
Pada saat sabun kalium diteteskan pada gelas arloji berisi minyak kelarutannnya
cukup tinggi sehinnga warnanya jernih. Pada saat sabun natrium diteteskan pada
gelas arloji berisi minyak kelarutannya rendah sehingga warnanya agak keruh.
Sedangkan saat detergen diteteskan pada gelas arloji berisi minyak kelarutannya
sangat tinggi sehingga warnanya sangat jernih. Dapat disimpulkan bahwa sabun
kalium dapat mengikat lemak dalam jumlah sedikit. Pada sabun natrium dapat
mengikat lemak namun lebih sedikit dari sabun kalium. Sedangkan detergen
memiliki kemampuan mengikat lemak paling tinggi. Hal ini sesuai dengan
literatur bahwa detergen memiliki sifat dapat mengemulsi lemak secara sempurna,
yaitu bagian nonpolar dari ujung-ujung hidrokarbon pada detergen mengelilingi
tetesan minyak secara merata, sehingga detergen dapat mengemulsikan lemak.
Sedangkan pada sabun natrium dan kalium, sabun kalium dapat melarutkan minyak
atau lemak lebih banyak dari sabun natrium. Hal ini disebabkan karena sabun
kalium merupakan sabun lunak, sehingga akan memiliki kemampuan melarutkan lemak
daripada sabun natrium (Hard, 2007).
Pada data hasil percobaan dan pengamatan pengujian sabun dan detergen pada
keadaan sadah, yaitu dengan menambahkan reagen CaCl2 0,1%,
MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, air kran pada masing-masing
tabung reaksi berisi sampel berupa sabun dan detergen. Pada saat masing-masing
reagen ditambahkan pada sampel detergen, tidak endapan dan warnanya putih. Hal
ini sesuai dengan literature bahwa detergen lebih efektif untuk membersihkan
kotoran karena system kerja detergen tidak dipengaruhi oleh kesadahan air.
Sehingga tidak akan membentuk endapan dan daya cucinya lebih tinggi (Luis, 2006).
Pada saat masing-masing reagen ditambahkan pada sampel sabun natrium dan sabun
kalium, baik pada sampel sabun natrium dan sabun kalium terbentuk endapan
semua. Dan warnanya putih kecuali pada reagen FeCl2 warnanya kuning.
Hal ini sesuai dengan literature bahwa anion asam lemak dari sabun akan
mengikat kation difalen sehingga
membentuk endapan (Hard, 2007).
PERTANYAAN
1. Apa
fungsi penambahan KOH pada proses
saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat digantikan dengan bahan lain, jika
dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan larutan KOH?
Penambahan
KOH berfungsi sebagai reagen untuk bahan dasar hidrolisis lemak agar terbentuk
sabun kalium dan gliserol. Sabun kalium bersifat lunak atau cair dan mudah
larut dalam air. Larutan KOH dapat digantikan dengan bahan lain, misalnya basa
kuat NaOH. Sehingga menghasilkan sabun natrium yang sifatnya keras atau kasar
dan sukar larut dalam air (Suheri, 2010).
2. Jelaskan
fungsi NaCl dalam percobaan ini!
NaCl
merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. NaCl berfungsi umtuk
memisahkan produk sabun dengan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan
dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap (Suheri,
2010).
3. Jelaskan
cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa
detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan
sabun?
Cara
kerja sabun adalah dengan cara mengikat minyak di dalam air. Molekul-molekul
sabun berbentuk panjang dan tipis. Hampir seluruh panjang (atau “ekor”)
strukturnya tepat sama dengan molekul-molekul minyak, karena itu memiliki
afinitas atau keakraban dengan molekul-molekul minyak. Detergen mengandung
surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air, pada dasarnya
membuatnya lebih basah sehingga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan minyak
minyak atau lemak. Detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran karena
system kerja detergen tidak dipengaruhi oleh kesadahan air. Sehingga tidak akan
membentuk endapan dan daya cucinya lebih tinggi (Irdoni, 2013).
4. Jelaskan
pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih !
Sabun
tidak bisa bekerja di air sadah karena adanya ion-ion Fe2+, Mg2+
dan Ca2+ yang dapat berikatan dengan asam karboksilat dari sabun dan
dapat membentuk endapan sehingga sabun tidak berbuih. Sedangkan detergen tidak
terpengaruh oleh kesadahan air sehingga tidak akan membentuk endapan dan daya
cucinya lebih tinggi (Permono, 2006).
KESIMPULAN
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis trigliserida menggunakan basa
alkali seperti KOH atau NaOH yang menghasilkan sabun dan gliserol. Prinsip
dasar proses saponifikasi yaitu lemak akan mengalami hidrolisis yang disebabkan
oleh suatu basa sehingga menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Sabun yang
terbentuk merupakan garam dari asam karboksilat. Asam karboksilat yang
diperoleh dari hidrolisis lemak umumnya mempunyai rantai karbon panjang dan
tidak bercabang. Pengujian sifat sabun yang dihasilkan adalah sabun dapat
mengemulsi minyak. Dengan dilakukannya percobaan ini dapat diketahui perbedaan
antara sabun kalium, sabun natrium dan detergen. Sabun kalium terbuat dari lemak dan KOH
memiliki sifat yang lunak atau cair dan mudah larut dalam air. Sabun natrium
terbuat dari lemah dan NaOH memiliki sifat yang keras atau kasar dan sukar
larut dalam air. Sedangkan detergen adalah bahan pembersih yang mengandung
surfakatan yang paling bisa menghilangkan lemak.
Dari data hasil percobaan dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa daya emulsi
detergen terhadap minyak atau lemak lebih tinggi dibandingkan sabun natrium
maupun sabun kalium. Detergen juga mampu bekerja pada air sadah karena detergen
tidak akan terpengaruh oleh kation difalen sehingga tidak akan membentuk
endapan dan daya cucinya lebih tinggi. Sedangkan pada sabun, kation difalen
pada air sadah akan bereaksi dengan asam karboksilat dari sabun sehingga
membentuk endapan.
DAFTAR PUSTAKA
Deni, P. 2006. Kimia Jilid 3B. Klaten: Intan Pariwara
Fessenden. 2005.
Organic Chemistry. California:
Wadsworth Inc
Luis, S. 2006. Soap and Detergen, A Theoritical and
Practical Review. New York: AOCS Press
Poedjiadi, Anna.
2005. DASAR-DASAR BIOKIMIA. Jakarta:
Universitas Indonesia
Puspitasari,
Dian. 2010. Kamus Kimia Lengkap.
Tuban: Dwimedia Press
Sastrohamidjojo, H.
2005. Kimia Organik (Stereokimia,
Karbohidrat, Lemak & Protein).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Hard, Harold.
2007. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Irdoni, HS.
2013. Modul Praktikum Kimia.
Laboratorium Teknologi Bahan Alam dan Mineral Teknik.
Pekanbaru: Universitas Riau
Permono, A.
2006. Membuat Sabun Colek. Jakarta:
Penebar Swadaya
Priyono, Agus.
2009. Makalah Pembuatan Sabun.
Jurusan Teknik. Fakultas Teknik. Pekanbaru:
Universitas Riau
Suheri, Fauzan.
2010. Pembuatan Sabun. Palembang:
Universitas Sriwijaya
No comments:
Post a Comment